Wed. Oct 2nd, 2024

Sarop Do Mulana, Kumpulan Anak Muda Ubah Limbah Jadi Berkah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta- Berawal dari mencari pekerjaan, kelompok anak muda ini akhirnya bisa menjadi wirausaha, yakni wirausaha muda dengan mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual. Tentu saja ini merupakan berkah yang melimpah bagi mereka.

Sarop Do Mulana adalah nama koperasi yang terletak di Jalan Lintas Sumatera, Desa Sumuran, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Koperasi ini dikelilingi oleh pohon palem. Di kantor yang juga berfungsi sebagai bengkel ini, terdapat tumpukan palet kayu dan tali pengikat.

Fikri, salah satu pengurus Sarop Do Mulana, mengatakan koperasi tersebut didirikan pada tahun 2017. Saat itu, sejumlah pemuda di Desa Sumuran berusaha mencari peruntungan dengan melamar ke PT Agincourt Resources (PTAR) yang bergerak dibidang emas dan perak. perusahaan pertambangan dan pengolahan di Martabe – tambang emas. 

Lokasi Agincourt Resources tidak jauh dari tempat tinggal anak muda.

Namun karena keterampilannya yang belum maksimal, para pemuda ini tidak bisa bekerja di tambang Marta.

Sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dan berupaya memberikan kontribusi kepada masyarakat, Agincourt Resources tidak tinggal diam. Perusahaan mencari cara agar generasi muda ini dapat terus berkontribusi.

“Kemudian kita berbincang dan membentuk bersama pengolahan kompos dari sampah,” jelas Fikri, seperti ditulis, Minggu (09/06/2024). Koperasi tersebut bernama Sarop Do Mulana yang artinya memulai atau memulai dari sampah.

Koperasi ini awalnya mengolah sampah basah dari pasar untuk dijadikan kompos. Kemudian dikembangkan dengan pengolahan kayu palet dari PT Agincourt Resources. Bagi perusahaan, ribuan potongan limbah kayu dari palet menjadi limbah karena menumpuk begitu saja.

Koperasi Sarop Do Mulana mengolah limbah palet agar bisa dijual. Ternyata kayu palet yang berasal dari kayu jati belanda dan pinus bisa digunakan untuk membuat furniture.

“Kami membuat kayu yang bagus untuk furnitur seperti meja, kursi, dan tempat tidur bayi.” “Kalau jelek tetap kami manfaatkan dan olah menjadi kompos,” jelas Fikri.

“Kami juga membantu alat untuk mengolahnya dari PTAR.” Seperti gergaji dan sebagainya. “Kami juga mendapat pelatihan,” tambahnya.

Setiap bulannya, Koperasi Sarop Do Mulana menerima lebih dari 1.500 palet kayu dari PTAR. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persennya bisa berupa furnitur.

Tak main-main, harga meja sekolah sekitar Rp 700 ribu, sedangkan tempat tidur anak bisa lebih mahal, hingga jutaan. Omset bulanan koperasi sebesar Rp 9,9 juta.

 

Supervisor – Community Development for Local Economic Development PT Agincourt Resources Dominico Savio Sandi Sarkoro menjelaskan, PTAR telah bergabung dengan koperasi tersebut sejak tahun 2017. Artinya, Agincourt Resources benar-benar merintis dan membesarkan koperasi tersebut dari awal.

Perusahaan ingin bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk menciptakan produk yang bernilai ekonomi. Kemudian lahirlah bisnis daur ulang palet kayu untuk furnitur.

“Saat ini fokus koperasi justru pada produk mebel, baru bisa dibuat turunannya untuk pupuk. “Yang terpenting dimanfaatkan sampai sisa-sisanya menjadi bubuk untuk kompos, kemudian digunakan untuk remediasi lahan. milik PTAR”.

Sandi mengatakan, koperasi Sarop Do Mulana mengalami peningkatan omset pada tahun 2022 hingga 2023. Harapannya 100 persen menjadi Rp 100 juta. Sebab, sejumlah pemerintah daerah sudah melirik produk Koperasi Sarop Do Mulana.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *