Thu. Sep 19th, 2024

Selamatkan Nyawa dari Kondisi Henti Jantung dengan Memahami Ciri, Risiko dan Penanganannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Henti jantung merupakan keadaan darurat medis yang bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Peristiwa ini dapat merenggut nyawa seseorang hanya dalam beberapa menit jika tidak ditangani dengan cepat.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, henti jantung mendadak (HJM) merupakan kondisi serius yang terjadi ketika jantung berhenti mendadak. Hal ini menyebabkan terhambatnya aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak.

Dokter jantung dan konsultan aritmia Dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K), PhD, mengatakan penyebab utama henti jantung adalah masalah irama jantung.

Penyebab utama henti jantung adalah irama jantung yang tidak normal, penyakit irama jantung atau dalam istilah medis aritmia, jelas Sunu dalam jumpa pers Heartology pada Senin, 25 Maret 2024.

Henti jantung sering disalahartikan atau disalahartikan sebagai serangan jantung. Namun, bisa dikatakan kedua hal ini sangatlah berbeda. Sunu menjelaskan, keduanya bisa dibedakan dari tanda dan ciri yang muncul.

Jika seseorang tidak sadarkan diri, yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah orang tersebut menderita serangan jantung, serangan jantung atau sebab lainnya adalah dengan merasakan detak jantungnya.

“Kalau pasien pingsan, tapi jantungnya sehat, itu bukan serangan jantung,” jelas Sunu.

Sedangkan jika orang tersebut tidak sadarkan diri dan denyut nadinya tidak terdengar, maka dapat dipastikan orang yang bersangkutan menderita penyakit jantung.

Denyut nadi dirasakan dari lengan, leher, dan selangkangan.

Serangan jantung mendadak (SCA) merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan pengobatan yang cepat dan tepat. Setiap detik penting dalam situasi ini, karena otak dan organ vital lainnya mulai menderita setelah beberapa menit tanpa aliran darah.

Sunu mengatakan, waktu yang tersedia untuk menyelamatkan pasien serangan jantung hanya 10 menit.

“Berapa lama seseorang yang terkena serangan jantung meninggal? Kurang dari 10 menit, kurang dari 10 menit.”

Hal ini menjadi dasar bagi setiap orang untuk memahami cara menangani pasien serangan jantung mendadak dengan benar.

Pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien henti jantung adalah Resusitasi Jantung Paru (CPR). CPR diawali dengan membuka jalan napas pasien dengan memiringkan kepala. Kemudian lakukan kompresi dada dengan tekanan penuh dan berirama pada bagian bawah tulang dada. Kedalaman tekanan sebaiknya 5 cm, dengan ritme 100-120 kali per menit. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali, lalu tarik napas sebanyak dua kali.

Jika CPR dilakukan dengan benar, maka pada 1 menit pertama tingkat keberhasilan bantuan ini sebesar 90% dan terus menurun dalam kurun waktu 10 menit.

“Meresusitasi seseorang sendiri tidak membantu, apalagi jika resusitasinya salah,” kata Sunu. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengetahui metode dasar bantuan hidup.

Serangan jantung mendadak (SCA) sebenarnya merupakan kondisi yang bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau status kesehatan.

Namun, jika seseorang memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, maka kemungkinan terkena serangan jantung akan semakin besar.

“Pada sebagian besar kasus, 30 persen risiko penyakit jantung adalah mereka yang pernah mengalami serangan jantung,” jelas Sunu.

Kemudian, risikonya sebesar 25% bagi mereka yang pernah mengalami serangan jantung dan selamat. Sedangkan risiko serangan jantung pada masyarakat umum hanya 2%.

Di sisi lain, perlu diketahui bahwa ada beberapa sindrom yang dapat menyebabkan aritmia dan berujung pada serangan jantung mendadak. Salah satunya adalah Sindrom Brugada yang 30 persennya disebabkan oleh faktor genetik.

Oleh karena itu, setiap orang rentan terkena penyakit jantung, namun yang membedakan adalah penyebab gangguan irama jantung atau aritmia.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *