Wed. Oct 2nd, 2024

Sembarangan Pakai Antibiotik Bikin Bakteri Kebal, Pengobatan Lebih Sulit

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Penyalahgunaan antibiotik menyebabkan munculnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Fenomena yang dikenal dengan istilah resistensi antimikroba (AMR) ini semakin sulit diobati dan berdampak pada perawatan pasien.

“Pengobatan pasien infeksi AMR sangat sulit karena beberapa faktor,” kata dr Azar Jaya, SH, SKM, MARS, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Pertama, pilihan obat yang terbatas. Obat yang efektif untuk pasien AMR mungkin tidak tersedia atau mahal, dan patogennya mungkin resisten terhadap antibiotik yang tersedia.

Kedua, diagnosisnya lambat. Memastikan diagnosis pada pasien dengan infeksi lama memerlukan tes budaya dan tes sensitif, dan tes ini memerlukan waktu, sehingga memperlambat pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, komitmen pimpinan rumah sakit untuk mengoptimalkan aktivitas laboratorium sangat diperlukan.

Faktor ketiga berkaitan dengan efek samping. Pengobatan resistensi antimikroba seringkali memerlukan antibiotik dengan risiko efek samping atau toksisitas yang serius.

Keempat, penyebaran infeksi AMR. Infeksi yang resistan terhadap antimikroba dapat menyebar dengan cepat, terutama di lingkungan rumah sakit yang memerlukan tindakan pengendalian infeksi yang ketat.

“Kelima, biaya tinggi. “Karena pengobatan AMR memakan waktu lebih lama (lama rawat/kehilangan) sehingga lebih mahal, pengobatan AMR kurang produktif bagi pasien dan keluarga penunggu serta membebani pasien dan asuransi kesehatan,” kata Azar dalam keterangan tertulisnya. Ditulis pada Kamis 19 September 2024 diterima matthewgenovesesongstudies.com.

 

Mengingat dampak infeksi yang resisten terhadap antimikroba pada pasien, penggunaan antibiotik adalah tindakan yang bijaksana. Upaya ini untuk mencegah risiko infeksi AMR.

Azar berbagi tips dalam menggunakan antibiotik untuk mencegah resistensi:

A. Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter. Ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan lama pengobatan.

B. Jangan menggunakan antibiotik yang dijual bebas atau obat sisa dari pengobatan sebelumnya.

C. Jika dokter Anda meresepkan antibiotik untuk dugaan infeksi ringan, tanyakan alasan dan manfaatnya, serta pilihan pengobatan yang tersedia.

Jika Anda memiliki hewan peliharaan, pastikan menggunakan antibiotik dengan bijak. Sebab resistensi bisa terjadi antara hewan dan manusia.

E. Praktikkan kebiasaan kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, untuk menghindari risiko infeksi dan kebutuhan akan antibiotik. Dapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi yang mungkin memerlukan antibiotik.

F. Diskusikan kekhawatiran Anda tentang penggunaan antibiotik serta manfaat dan risikonya dengan profesional medis. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda memahami keputusan pengobatan yang Anda buat.

 

 

Azhar mengatakan, Strategi Nasional (Stranas) Resistensi Antimikroba 2025-2029 2025-2029 mengkampanyekan penggunaan antibiotik secara bijak tidak hanya menyasar masyarakat tetapi juga tenaga medis.

Upaya tersebut adalah dengan meningkatkan kompetensi dokter dalam penatalaksanaan penyakit menular serta memenuhi standar pelayanan dan pedoman praktik klinis dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang disiapkan oleh Menteri Kesehatan, kata Azar. 

 

Pemantauan pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan melalui rekam medis elektronik (RME) yang digunakan oleh tenaga medis. Lalu, adanya kewajiban melaporkan penggunaan antibiotik cadangan pada pasien beserta alasannya.

“Petugas kesehatan selain dokter tidak diperbolehkan mengeluarkan resep kecuali mendapat kewenangan tambahan dari menteri atau peraturan perundang-undangan,” tegas Azhar Jaya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *