Fri. Sep 20th, 2024

Skoliosis, Kelainan Tulang Belakang yang Rentan Terjadi pada Remaja Perempuan daripada Laki-Laki

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Skoliosis atau kelainan pada tulang belakang sebenarnya bisa terjadi pada anak yang sudah memasuki masa pubertas atau usia 10 hingga 14 tahun. Jika tidak ditangani dengan benar dan cepat, dapat merusak kualitas organ tubuh seperti paru-paru, jantung, dan ginjal.

Selain itu, Dr Fedi, Sp.OT (K) Spine, Spine Consultant, RS Eka BSD, Kota Tangerang Selatan, mengungkapkan bahwa skoliosis juga berpeluang terjadi pada remaja putri. 

“Paling banyak pada masa pubertas, antara usia 10 hingga 14 tahun, terbanyak pada anak perempuan,” kata Fedi.

Skoliosis muncul satu hingga dua tahun sebelum menopause, ketika tinggi badan wanita bertambah dengan cepat. Pada saat itu, jika ada skoliosis, maka akan muncul pada saat itu juga.

Skoliosis lebih mungkin terjadi pada anak perempuan dan ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya. Misalnya saja hormon wanita, terutama pada masa pubertas, yang diduga tidak seimbang, dan diduga lainnya dipengaruhi oleh rusaknya hormon melakolin, berkurangnya massa otot, dan kekurangan vitamin D.

 “Tapi itu hanya teori yang tidak bisa dibuktikan pada semua pasien. Misalnya kalau dikatakan skoliosis ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D, ternyata banyak orang yang tidak punya vitamin D, tapi punya vitamin D. tidak menderita skoliosis. “Atau sebaliknya vitamin D cukup, tapi terjadi skoliosis, sehingga teori ini tidak bisa dibuktikan pada semua pasien,” kata Fedi dalam konferensi pers di Tangsel beberapa waktu lalu.  

Feddy mengatakan, belum ada penelitian konklusif yang menunjukkan remaja putri menderita skoliosis.

 Jadi yang perlu dilakukan orang tua adalah jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter. Segera lakukan pemeriksaan dan pengobatan sebelum terlambat,” kata dr Fedi.

 

 

Lalu, jika anak terkena atau memiliki kemampuan skoliosis, maka bisa dikenali sejak awal. Fedi menjelaskan, jika seseorang mengidap skoliosis, ciri pertama adalah tubuh tidak seimbang.

“Kiri dan kanannya tidak seimbang, tidak simetris. Jadi kalau dilihat dari bahunya, kiri dan kanan tingginya tidak sama, lipatan kulitnya sering gemuk, kiri dan kanan tingginya tidak sama, atau ketika dia berdiri dengan tangan digantung, jarak badan dan siku tidak sama, ada pula yang lebih jauh dan dekat,” ujarnya.

 Atau yang paling sederhana adalah jika Anda meminta pasien skoliosis untuk membungkuk, maka lengkungan punggungnya tidak akan tinggi.

 Biasanya ketika anak mengetahui sendiri bahwa kondisi tubuhnya sudah tidak baik lagi, anak menjadi malu dan menutup diri. Santunan orang tua khususnya terhadap lingkungan sekitar. Jadi, mereka memakai gaun atau atasan yang menyembunyikan kelemahannya.

 “Nah, ada seorang pasien yang orang tuanya bercerita kepada saya, awalnya anaknya suka memakai pakaian ala Korea dua lapis. Meski itu caranya untuk menyembunyikan kelainan tulangnya, dia merelakannya karena merasa tidak nyaman, jadi itu ‘ tidak dirawat,” katanya. .

 

Faktanya, menunda pengobatan skoliosis bisa berbahaya. Ini dimulai pada tingkat kelengkungan tulang belakang dan menjadi lebih buruk. Skoliosis awalnya melibatkan sudut tulang kurang dari 50 derajat dan dapat diobati tanpa operasi, yaitu dapat diobati dengan menggunakan kawat gigi. Merupakan jenis korset yang dipakai dalam jangka waktu lama. Jika Anda sedang dalam masa pertumbuhan atau pubertas, penggunaan kawat gigi diperkirakan antara 6 bulan hingga 1 tahun. 

“Tapi kalau kita pantau penggunaan kawat gigi. Apakah skoliosis tidak bisa diobati dengan kawat gigi atau pemasangan kawat giginya salah? Nah, dievaluasi secara berkala,” ujarnya.

Pasien skoliosis sebaiknya ditangani dengan pembedahan jika tidak dapat diobati dengan kawat gigi. Biasanya jika sudut kemiringan tulang melebihi 90 derajat pasti memerlukan tindakan pembedahan.

 Bahkan, dalam beberapa kasus yang ia tangani, sudut kemiringannya mencapai 110 derajat pada anak berusia 17 tahun. Dalam hal ini, diperlukan pembedahan.

Fedi juga mengingatkan para orang tua yang memiliki anak penderita skoliosis agar tidak menunda-nunda membawanya ke dokter terdekat. Sebab jika sudut kemiringannya parah atau lebih dari 90 persen, bisa memberikan tekanan pada organ penting di depannya.

 Jika sudut kemiringannya parah, akan menekan paru-paru dan menyebabkan penderita sesak napas dan kesulitan bernapas.

Bahkan, ia pernah bertemu dengan seorang pasien anak-anak penderita COVID-19 yang paru kanannya terinfeksi virus COVID-19 dan kemudian paru kirinya tertekan akibat skoliosis. Pembedahan untuk skoliosis adalah satu-satunya pilihan untuk menyelamatkan paru-paru kiri.

 “Pasien berada di ICU selama tiga bulan. Setelah operasi, kami menyelamatkan paru-parunya yang tertekan akibat skoliosis dan akhirnya bisa bernapas tanpa bantuan alat dan keluar dari ICU,” ujarnya.

Skoliosis sebaiknya segera diobati sebelum terlambat. Bukan pijat atau metode tradisional, apalagi jika menggunakan kawat gigi yang dibeli di pasaran. Dengan begitu, semakin cepat pengobatan dilakukan, semakin kecil kemungkinan pasien skoliosis memerlukan pembedahan untuk memperbaiki sumsum tulang belakangnya.

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *