Sat. Sep 28th, 2024

Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2024 Tetap Cemerlang

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi akan tetap stabil pada kuartal III 2024 didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi yang kuat, prediksi Menteri Keuangan (MKEU) Sri Mulyani Indrawati.

“Kami menilai pertumbuhan ekonomi akan tetap mempertahankan momentumnya pada kuartal III karena kondisi global yang dinamis,” kata Moolyani dalam konferensi pers APBN Agustus 2024, Senin (23/09/2024).

Menkeu berharap penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan terus memberikan dorongan positif bagi perekonomian Indonesia. Di sisi lain, volatilitas pasar keuangan diperkirakan akan menurun seiring dengan semakin jelasnya arah kebijakan moneter di negara maju.

Pada saat yang sama, Menkeu berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi global dapat memperlambat kemungkinan dampak kontraksi produksi dan fluktuasi harga komoditas.

Geopolitik, termasuk kondisi pemilu AS, diperkirakan tidak akan menentukan arah kebijakan, katanya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus berhati-hati.

“Namun hal ini perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan perubahan kebijakan yang dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian global,” ujarnya.

Selain itu, Mulyani mengatakan neraca perdagangan Indonesia masih surplus, namun sektor manufaktur di sebagian besar negara masih menyusut dan harga komoditas masih fluktuatif atau naik turun meski relatif rendah dibandingkan tahun lalu.

Lebih lanjut Menkeu menyampaikan, kinerja APBN kita sampai Agustus 2024 masih utuh. Meski penerimaan negara melambat, namun situasi sudah stabil. Menurut Pak Mulyan, faktor-faktor inilah yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2024.

“Meski kita melihat pertumbuhan pendapatan nasional mengalami perlambatan, namun perlambatan tersebut akan moderat atau berbalik arah. Kami perkirakan akan positif pada kuartal III dan IV,” tutupnya.

 

Bank Indonesia (BI) sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sebesar 4,7 hingga 5,5 persen. Optimisme tersebut bermula dari pertumbuhan ekonomi yang baik di Indonesia.

“BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 berkisar antara 4,7 hingga 5,5 persen dengan titik tengah sebesar 5,1 persen,” kata Presiden Bank Indonesia Perry Warzio dalam hasil RDG September 2024 yang dirilis, Rabu (18/9/2024).

Padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan hasil yang baik. Namun, pemerintah harus terus mendorong pertumbuhan tersebut.

Di sisi lain, Bank Indonesia melihat adanya peningkatan investasi, terutama IKN yang melakukan investasi seiring dengan selesainya operasional dan berbagai rencana strategis nasional (PSN).

Konsumsi rumah tangga juga tetap terjaga, terutama bagi masyarakat kelas menengah atas. Ekspor nonmigas yang baik sehingga membantu mendukung pertumbuhan ekonomi.

Perry mengatakan belanja pemerintah yang diperkirakan meningkat tahun ini harus mendukung permintaan dalam negeri.

 

 

Berbagai indikator terkini, termasuk hasil survei Bank Indonesia, menunjukkan adanya perbaikan aktivitas perekonomian pada triwulan III-2024 yang tercermin pada membaiknya kepercayaan konsumen, positifnya penjualan eceran dan impor barang modal, serta pertumbuhan penjualan semen.

“Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu melakukan berbagai upaya untuk lebih merangsang sisi permintaan dan lebih banyak lagi dari sisi penawaran,” ujarnya.

Dari sisi permintaan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan, termasuk kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Di sisi penawaran, kebijakan reformasi struktural harus terus diperkuat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi, termasuk pada sektor perekonomian padat karya dan bernilai tinggi.

Sebelumnya, Ekonom INDEF dan Direktur Pengembangan Big Data Eko Listanto mengatakan, deflasi yang terjadi selama 4 bulan berturut-turut disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.

“Deflasi selama empat bulan berturut-turut tentu menunjukkan melemahnya daya beli seiring turunnya harga pangan. Namun gambaran deflasi selama 4 bulan menunjukkan daya beli kita sedang bermasalah,” kata Gema dalam debat publik bertajuk ‘Tengah’. Kelas diturunkan”, Senin (09/09/2024).

Menurut dia, permasalahan tersebut secara umum akan terlihat pada kuartal I dan II tahun 2024. Meski ada momen-momen besar seperti pemilu presiden, bulan puasa, dan malam hari, namun ternyata tidak bisa merangsang pertumbuhan daya beli.

Data BPS

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,93 persen year-on-year pada triwulan II tahun 2024. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2024 secara tahunan sebesar 4,91 persen.

Eko menilai, hadirnya deflasi dan turunnya angka konsumsi rumah tangga seharusnya memberikan sinyal kepada pemerintah bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang bermasalah.

“Mei, Juni, Juli, dan Agustus berturut-turut mengalami deflasi, yang jelas menunjukkan yang jadi permasalahan adalah daya beli masyarakat,” ujarnya.

 

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *