Fri. Sep 20th, 2024

Starlink Dapat Izin Operasional di Indonesia, Menkominfo: Kewajiban Sama dengan Operator Lain

matthewgenovesesongstudies.com, JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Ari Setiadi memastikan satelit Internet Starlink milik Elon Musk telah mendapat uji nilai operasional atau sertifikat ULO. Dengan diperolehnya sertifikat ULO, Starlink dapat beroperasi di Indonesia.

“Begini, uji coba ini sudah dilakukan, ULO sedang mengecek kelayakan operasinya, Starlink memenuhi kriteria uji kelayakan operasi di Indonesia. Tapi nanti akan diuji lagi, pelayanan dan segala macamnya. Mei,” ujarnya. . Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi saat ditemui di kantor Cominfo, Jakarta, Selasa (30/4/2024).

Budi menjelaskan, dengan diperolehnya sertifikat uji kelayakan operasional, Starlink harus mematuhi regulasi Indonesia.

“Intinya kami minta patuh pada regulasi Indonesia, kalau BPH itu frekuensinya ya. Sebagai negara yang masih bisa kita kendalikan, (kalau) ada judi online, ada pornografi, maka kita takut berhasil. Kita tidak akan sampai di sana (kalau tidak kita kendalikan), kata Menkominfo Budi Ari. dan Informasi.

Budi mengatakan Starlink paling cocok memberikan layanan di wilayah 3T, bukan perkotaan, meski layanan bisa dioperasikan di Indonesia.

Pasalnya, dari sisi bisnis, harga Internet satelit dinilai tidak kompetitif dibandingkan layanan Internet terestrial.

“E (Internet Satelit) cocok untuk 3T, tapi tidak di perkotaan. Makanya harganya kalah bersaing, kalau di perkotaan kalah. Teknologi satelit cocok untuk daerah, tapi di Jakarta kita pakai satelit.”, dia berkata.

Budi mengatakan Internet satelit lebih cocok untuk menyediakan layanan bisnis di wilayah yang infrastruktur seperti BTS seluler dan serat optik sulit dijangkau.

“Kalau dia (Starlink) butuh retail ya silakan, tapi daerah di Indonesia bagian timur sulit tanpa teknologi satelit. Jangan bayangkan menggunakan Starlink di Jakarta, tidak mungkin Starlink bisa bersaing karena kecepatan internet di Jakarta,” kata Budi.

Selain itu, meskipun Starlink telah mendapatkan sertifikat ULO, pemerintah selalu mengimbau agar Starlink atau penyedia layanan Internet harus mengikuti peraturan yang sama dengan penyedia layanan telekomunikasi Internet atau operator seluler lainnya.

Sebelumnya, Starlink dikabarkan telah mendapat izin untuk menyediakan layanan di Indonesia. Aju Vidya Sari, Direktur Jenderal Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Direktur Pos dan Informatika mengatakan.

Aju berkata: Starlink lulus ULO (Uji Nilai Operasional). SKLO (Surat Keterangan Laik Operasi) akan diperoleh perusahaan jasa internet satelit itu.

Hasilnya lolos uji kelayakan operasi. Jadi mendapat persetujuan, kata Aju saat ditemui di sela-sela acara Halal Bihalal APJATEL. Dengan demikian, menurut Ajuvin, Starlink sudah mendapat izin beroperasi di Indonesia. 

Selain itu, dengan persetujuan tersebut, Starlink Indonesia sebagai operator telekomunikasi mempunyai kewajiban dan hak yang sama dengan operator lain di Tanah Air, ujarnya.

Jadi tidak ada perbedaan. Semuanya sama karena mereka penyedia telekomunikasi di Indonesia, jelas Vidya.

Sekadar informasi, berdasarkan pantauan Tekno matthewgenovesesongstudies.com, layanan internet satelit PT Starlink Services Indonesia kini sudah bisa dipesan. Informasi ini dapat diakses melalui Starlink.com.

Berdasarkan informasi, biaya berlangganan yang ditawarkan sebesar Rp750.000 per bulan dengan biaya hardware sebesar Rp7.800.000 untuk perangkat unggulan.

Untuk memanfaatkan layanan internet satelit ini, pelanggan harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Setelah layanan siap, pendaftar akan menerima pemberitahuan.

Selain itu, Starlink mengklaim siap dikirim. Selain itu, perusahaan juga menawarkan uji coba 30 hari.

Di sisi lain, insinyur dirgantara dan praktisi teknologi dirgantara Lily S. Vasitova mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan keamanan dan kedaulatan saat memberikan izin kepada operator satelit untuk beroperasi di Indonesia.

“Hal inilah yang mendorong India menolak operasi Starlink di negaranya. Masuknya Starlink menjadi faktor yang melemahkan keamanan dan kedaulatan India. “Saya tidak yakin Indonesia sudah melakukan kajian mendalam terhadap kedua persoalan tersebut ketika Starlink mendapat izin usaha,” kata Lilly dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/04/2024).

Ia mengapresiasi teknologi antariksa yang terkesan diam dan terlihat dengan mata telanjang, namun bisa menjadi ancaman bagi keamanan dan kedaulatan suatu bangsa.

Sebagai negara yang menolak kehadiran Starlink, India memiliki kajian komprehensif mengenai ancaman terhadap keamanan dan kedaulatannya. Salah satu hal keamanan yang perlu Anda jaga adalah data pribadi dan demografi komunitas.

“Kepentingan negara tidak bisa disamakan dengan kepentingan badan usaha. Sebagai negara yang berdaulat, saya berharap india bisa mencontoh India dalam menjaga keamanan dan kedaulatan, sedangkan Starlink langsung melayani masyarakat,” kata Lilly.

Sebagai negara kepulauan dengan kekuatan ekonomi yang besar dan jumlah penduduk yang sangat besar, Indonesia harus dilindungi oleh pemerintah dari upaya-upaya yang merugikan negara dan mengancam kedaulatan serta kesejahteraan rakyatnya. Baca Juga: Menkominfo Sebut Starlink Akan Uji Coba di IKN Mei 20243 di halaman 4 Kajian harus dibuka untuk umum. (23.5.2019). SpaceX sebelumnya telah meluncurkan satelit Starlink ke orbit tetapi gagal. (AP Photo John Roux) Lilly khawatir dengan rencana pemerintah menggunakan Starlink untuk pertama kalinya di IKN. Apalagi IKN merupakan calon ibu kota Indonesia yang dinilai sangat strategis.

Menurut dia, sebelum Cominfo mengeluarkan izin usaha kepada Starlink, sebaiknya dilakukan kajian mendalam mengenai perlunya layanan telekomunikasi menggunakan satelit dan kajian keamanan nasional terlebih dahulu.

Tujuannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya kebutuhan telekomunikasi satelit di Indonesia.

Ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan (ipoleksosbudhankam) dapat dikurangi dengan cara tersebut. 

Untuk mengurangi kemungkinan ancaman ipoleksosbudhankam, menurut Lilly, Indonesia harus memiliki data kapasitas satelit yang dimiliki perusahaan nasional.

Lilly mengatakan, kebutuhan telekomunikasi satelit saat ini bisa dipenuhi oleh satelit nasional yang sudah ada.

Selain itu, BAKTI Kominfo juga baru saja meluncurkan satelit Satria berkapasitas terbesar di Asia melalui Pacific Satellite Nusantara (PSN).

“Apakah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan satelit nasional lebih baik digunakan? Perkirakan terlebih dahulu kebutuhan dan risiko keamanan Anda. Jika Anda sudah memiliki perkiraan kebutuhan Anda, manfaatkan dulu sumber daya yang ada. “Jika Anda tidak memilikinya, Anda dapat menggunakan sumber daya dari luar. ,” pungkas Lily.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *