Fri. Sep 20th, 2024

Stres Bisa Picu Diare, Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Stres merupakan respon alami terhadap situasi stres dan dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti diare. Rahim memiliki jutaan sel yang sensitif terhadap perubahan.

Kecemasan merupakan respons tubuh terhadap masalah atau pikiran yang menimbulkan perasaan negatif, misalnya marah atau takut. “Respon melawan atau lari” adalah respons tubuh terhadap stres. Tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol ke dalam aliran darah. Akibatnya, tekanan darah, gula darah, dan detak jantung meningkat.

Perubahan ini memberi Anda kekuatan untuk menghadapi stres. Beberapa orang mengalami menstruasi yang berkepanjangan (kronis), karena tubuh seringkali mempersiapkan diri menghadapi guncangan, padahal tidak ada bahaya.

Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan masalah seperti: lemahnya sistem kekebalan tubuh, gangguan pencernaan, sering sakit kepala, perasaan marah dan sedih yang terus-menerus, kurang tidur.

Menurut WebMd, stres dapat mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk emosi, perilaku, pemikiran, dan kesehatan fisik. Namun, karena setiap orang menghadapi stres secara berbeda, gejala stres bisa berbeda-beda.

Tidak semua orang mengalami sakit maag saat stres, tapi mengapa orang lain juga mengalaminya? Baca terus untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana stres dapat menyebabkan diare dan cara mengatasinya seperti dilansir Health pada Sabtu, 4 Mei 2024.

“Otak-otak”, atau sistem saraf, seperti “otak kecil” di dalam usus, terhubung ke sistem saraf pusat Anda. Usus mengandung sekitar 100 juta sel yang membantu mengontrol pencernaan.

Penelitian menunjukkan bahwa “otak besar” di tengkorak selalu berkomunikasi dengan “otak kecil” di dalam rahim. Perilaku dapat memengaruhi perut Anda, dan masalah usus dapat memengaruhi suasana hati Anda.

Stres mengaktifkan sel-sel yang mengandung faktor pelepas kortikotropin (CRF). Kortikotropin adalah hormon yang bertanggung jawab atas jumlah kortisol dalam tubuh pada waktu tertentu.

“Orang-orang merespons hormon pertumbuhan secara berbeda,” kata Carolyn Newberry, MD, ahli gastroenterologi di Weill Cornell Medicine, kepada Health.

Beberapa orang mengalami diare, sementara yang lain mengalami mual, sementara yang lain mengalami kembung, mual, sakit perut, atau kombinasi gejalanya, kata Newberry.

Gejala-gejala ini adalah bagian dari respons “lari atau lawan” tubuh Anda. Hormon stres menyebabkan makanan melewati usus lebih cepat dari biasanya. Tubuh memilih untuk mengarahkan energi ke otot ketika merasakan bahaya. Akibatnya, tubuh berhenti mengosongkan usus.

Lisa Ganjhu, MD, ahli gastroenterologi di NYU Langone Health, mengatakan kepada Health: “Usus tidak memiliki cukup waktu untuk menyerap air dari sisa makanan ketika mulai naik kembali, sehingga kelebihan air menyebabkan tinja encer.”

Anda dapat mengobati diare akibat stres di rumah dengan mengubah pola makan, asupan cairan, dan obat-obatan. Langkah selanjutnya yang dapat Anda lakukan antara lain: Makan makanan sederhana: termasuk roti, kue, dan pasta. Pastikan Anda kembali ke pola makan sehat dan padat nutrisi saat perut Anda sehat. Mengisi kembali cairan dan elektrolit yang hilang: Minumlah banyak air, jus buah, garam atau minuman olahraga untuk mencegah dehidrasi. Hindari kafein, seperti kopi, minuman berenergi, dan soda, karena dapat memperburuk gejala. Pengobatan: Imodium (loperamide) dan Pepto-Bismol (bismut subsalisilat) dapat mengobati diare. Anda mungkin memerlukan obat lain, seperti antibiotik atau pereda nyeri, jika Anda memiliki masalah perut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *