Thu. Oct 10th, 2024

Survei: Samsung dan Google Pixel jadi Smartphone AI Favorit Orang Indonesia, Tapi Mikir untuk Beli!

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Badan riset Seqara Communications, Reasense, melakukan survei singkat untuk mengetahui apakah masyarakat Indonesia lebih memilih ponsel pintar dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), atau ponsel dengan kecerdasan buatan.

Berdasarkan survei terhadap lebih dari 100 responden (melalui Asosiasi Pengguna Smartphone Android) yang mewakili konsumen dari berbagai kota di Indonesia, Samsung (29,00%) dan Google Pixel (27,50%) termasuk dalam kategori smartphone. fitur terbaik dari kecerdasan buatan.

Diikuti oleh Apple (20,30%) dan Oppo (18,80%). Studi tersebut menemukan bahwa 18,80% konsumen bersedia membayar lebih untuk smartphone dengan AI yang lebih canggih.

Namun, 66,70% responden mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk membayar lebih untuk sebuah smartphone berdasarkan fitur AI yang ditawarkannya.

Ario Meidianto, konsultan senior SEQARA Communications, analis pasar ponsel pintar. Studi tersebut menjelaskan bahwa konsumen Indonesia sudah semakin sadar akan potensi teknologi kecerdasan buatan pada ponsel pintar.

“Mereka menginginkan smartphone yang dapat membantu mereka dalam berbagai aktivitas sehari-hari seperti meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi, dan mempersonalisasi pengalaman pengguna,” kata Ario, Kamis (18 Juli 2024).

Meski penelitian ini hanya memberikan gambaran awal, namun menunjukkan besarnya potensi pasar AI smartphone di Indonesia.

Seiring berkembangnya teknologi AI dan meningkatnya tingkat pendidikan penduduk, penggunaan ponsel AI diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan.

 

Di sisi lain, Samsung memperkenalkan penyempurnaan Galaxy AI bersamaan dengan peluncuran Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip6. Salah satunya adalah kemampuan membuat gambar Sketch to Image.

Dengan Sketch to Image, pengguna dapat menggambar objek atau apapun pada foto yang tersimpan di Galeri. Kemudian tinggal klik ikon Galaxy AI untuk mengubah gambar tersebut menjadi gambar.

Lalu bagaimana Samsung bisa memastikan bahwa pengguna tidak menggunakan fitur Galaxy AI secara tidak tepat atau untuk tujuan yang tidak pantas?

Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Grup Pengembangan Perangkat Lunak Smartphone M.H. Jisung Park mengatakan, saat membuat fitur baru, Samsung terlebih dahulu mencoba memahami perilaku pengguna serta permintaan dan kebutuhan mereka.

“Kami yakin (Sketch to Image) akan menarik minat pengguna dan memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan observasi tersebut, kami mendapat ide (Sketch to Image),” kata Park saat diwawancarai Tekno matthewgenovesesongstudies.com usai peluncuran Galaxy Z Fold6 dan Galaxy Z Flip 6 di Paris, Prancis beberapa waktu lalu.

Park mengatakan, proposal kemampuan AI yang dapat dikembangkan telah dibahas dengan mitra pengembangan AI Samsung.

Kedua pihak kemudian bekerja sama untuk mengurangi latensi atau mengembangkan fungsi kecerdasan buatan untuk mengurangi latensi. Hal ini akan memastikan kualitas fitur yang dikembangkan oleh Samsung dan mitranya berada pada tingkat yang sesuai.

Park mengaku khawatir akan kesalahan pembuatan jenis konten saat mengembangkan fitur Sketsa ke gambar.

“Kami bekerja sama dengan Google (mitra AI Samsung) untuk mengaktifkan filter keamanan. Ini adalah salah satu aspek terpenting dari Galaxy AI, karena kami ingin Galaxy AI bertanggung jawab atas kecerdasan buatan,” kata Park.

Samsung dan Google bekerja sama untuk memperkenalkan filter perlindungan cetak untuk penggunaan Sketch to Image yang bertanggung jawab, katanya.

Terkait keamanan Galaxy AI, Samsung menentukan fungsi AI mana yang disimpan di perangkat dan mana yang disimpan di cloud.

Park menjelaskan, kecerdasan buatan pada perangkat tersebut mencakup fungsi-fungsi yang berkaitan dengan komunikasi. Karena disimpan di perangkat, Samsung dan mitranya memastikan data pengguna tetap berada di perangkat dan tidak meninggalkannya, ujarnya.

“Ini adalah salah satu cara membayangkan kecerdasan buatan yang bertanggung jawab. Cara lainnya adalah dengan membuat atau membuat gambar. Kami memberi tanda air pada gambar yang dihasilkan AI dan metadata tanda air,” katanya.

Filter keamanan, tanda air, dan pemrosesan AI pada perangkat adalah contoh bagaimana pengguna dapat melindungi privasi pengguna tanpa membuat konten yang tidak pantas, katanya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *