Tue. Oct 1st, 2024

Tak Gunakan APBD, Kereta Bawah Tanah yang Dibangun di Bali Gunakan Dana Investor

matthewgenovesesongstudies.com, Denpasar Pemerintah pusat bersama Pemprov Bali saat ini berencana membangun metro. Terkait pembangunannya, Metro diketahui sepenuhnya didanai investor, yakni tidak menggunakan dana APBN atau pinjaman luar negeri.

“Ini akan menjadi proyek besar pertama di Indonesia yang menggunakan mekanisme ini,” kata CEO PT. Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) Ari Askhara, Rabu (29 Mei) di Denpasar.

SBDJ merupakan badan usaha milik daerah yang didirikan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Bali Development Fund (BDF) dan Pemerintahan Bupati Badung melalui PT Badung Besar Jaya. SBDJ ditugaskan untuk memulai proses penawaran proyek Kereta Metro Bali dan fasilitas terkait yang mengawasi pembangunan metro. Menurut Ari, model pendanaan ini diadopsi oleh program pendanaan Mass Rapid Transport (MRT) di Kanada pada saat pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Kota Quebec hingga Toronto dan merupakan yang pertama di dunia.

Ide pelaksanaan hibah ini lahir dari kejadian kemacetan lalu lintas di Bandara Ngurah Rai pada 29 Desember 2023, dimana pemudik domestik dan internasional terpaksa berjalan kaki hingga 4 km untuk mencapai bandara tersebut dengan terbang. Peristiwa yang memporak-porandakan industri pariwisata di Bali dan Indonesia ini menimbulkan pertanyaan mengenai tindakan apa yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia, khususnya Bali.

Pembangunan jalur kereta api menuju bandara dirancang oleh pemerintah dengan pinjaman dari pemerintah Korea. Namun proses ini diperkirakan masih memakan waktu cukup lama. Pj Gubernur Bali H.M. Mahendra Jaya bersama BDF kemudian merancang program pencarian dana bagi investor bekerja sama dengan Ari Askhara selaku ahli di bidangnya. Setelah berdirinya SBDJ, dipekerjakan konsultan dengan reputasi internasional di bidang keuangan, teknik dan hukum.

 

SBDJ kemudian melakukan survei pasar dengan calon investor dan memulai proses penawaran proyek tersebut dengan menerbitkan dokumen Request for Qualifications (RFQ). Hingga saat ini, delapan perusahaan patungan telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi.

Tiga korporasi dari Eropa, dua dari China, dua dari Indonesia bekerja sama dengan perusahaan asing, dan satu dari Malaysia. Sedangkan PT Grup. Bumi Indah Prima telah mengajukan permohonan kualifikasi. Batas waktu pengajuan permohonan yang memenuhi syarat adalah 6 Juni 2024. Askhara belum mau menyebutkan nilai investasi yang diajukan calon investor. 

Namun ada yang menyatakan secara lisan bahwa mereka akan menyiapkan hingga 20 miliar dolar, ujarnya.

Jika prosesnya berjalan lancar, konsorsium pemenang akan diumumkan pada bulan Juli. Namun tidak menutup kemungkinan juga setiap konsorsium peserta tender akan didorong untuk bekerja sama dengan berkolaborasi secara global.

Selain itu, investor berkesempatan untuk melakukan feasibility study (FS) proyek ini agar pengerjaan perdana bisa dilaksanakan pada September mendatang.

 

 

Dodi Miharjana dari BDF, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris SBDJ, mengatakan investor akan bebas merancang proyek yang menghubungkan kawasan wisata sibuk seperti Kuta, Seminyak, Canggu dengan Sanur dan Ubud dengan Bandara Ngurah Rai. Idenya tidak hanya membangun jalur kereta api tetapi juga menyediakan fasilitas pendukung seperti kafe, restoran, dan pusat perbelanjaan. 

Namun SCBD akan memastikan desain tersebut tidak merugikan kepentingan umum, merusak lingkungan dan bertentangan dengan kearifan lokal di Bali.

“Jadi di sini kita akan mendengarkan dulu pendapat mereka tentang apa yang ingin mereka lakukan dan apakah mereka benar-benar punya uang,” ujarnya. 

 

 

(*)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *