Fri. Sep 20th, 2024

Tak Ingin Dibebani Tambahan Kerjaan, Wanita China Diduga Racuni Air Rekan Kerjanya yang Hamil

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Video berdurasi 11 detik menjadi viral di media sosial Tiongkok. Wanita yang diketahui merupakan pegawai Institut Penelitian Hidrologi dan Sumber Daya Air di provinsi Hubei, Tiongkok, mendekati meja rekannya yang sedang hamil.

Dia terekam menuangkan semacam bubuk ke dalam cangkir temannya sebelum pergi. Para karyawan yang sedang hamil tersebut kemudian ramai-ramai mendiskusikan video tersebut dengan teman-temannya di WeChat.

Ia mengaku sempat beberapa kali merasakan rasa aneh pada air tersebut, yang awalnya ia mengira ada kaitannya dengan air kantor. Namun, rasa aneh itu tetap ada setelah beralih meminum air rebusan botolan.

Ketika seorang temannya bercanda bahwa seseorang mungkin telah meracuni airnya, wanita hamil itu menjadi curiga. Dia kemudian menggunakan iPad-nya untuk memfilmkan mejanya dan siapa pun yang mendekat akhirnya akan melihat rekannya sedang beraksi.

Menurut media China yang dikutip AsiaOne, Senin 1 April 2024, bedak tersebut diduga menyebabkan keguguran. Wanita hamil tersebut melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Saat ini, penyelidikan masih berlangsung.

Namun, South China Morning Post melaporkan dugaan motif karyawan tersebut atas perilaku sembrono tersebut. Seharusnya, dia tidak ingin rekannya tersebut mengambil cuti hamil dan juga terbebani dengan ketidakhadiran rekannya tersebut.

Kantor tempat kedua karyawan tersebut bekerja mengatakan kepada Cover News pada 18 Maret 2024 bahwa mereka menanggapi insiden tersebut dengan sangat serius. Untuk saat ini, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan polisi sebelum mengambil tindakan.

Menurut seorang pengacara yang berbicara kepada Sina Business Daily, jika tindakan wanita tersebut dilatarbelakangi oleh niat untuk melukai pasangannya, maka hal tersebut dapat dianggap sebagai tindak pidana penyerangan, terlepas dari apakah zat tersebut beracun atau benar-benar menyebabkan cedera fisik.

Banyak netizen Tiongkok yang kaget dengan kejadian yang terjadi di institusi pemerintah tersebut. Pasalnya, lembaga ini dikenal sangat selektif dalam merekrut pegawai. Mereka harus lulus tes dan wawancara yang ketat. Tempat kerja di lembaga-lembaga ini sering disebut “mangkuk nasi besi” karena keamanan dan stabilitasnya.

“Bagaimana orang seperti itu bisa lulus ujian untuk bekerja di lembaga yang berhubungan dengan pemerintah? Tampaknya ujian tersebut hanya bisa menyingkirkan kandidat yang buruk secara akademis, bukan kandidat yang korup secara moral,” kata salah satu pengguna Weibo.

“Sangat kejam, sangat mengerikan. Keracunan hanya karena tidak ingin punya pekerjaan lagi,” sahut netizen lainnya.

Upaya Tiongkok untuk meningkatkan angka kelahiran belum menunjukkan tanda-tanda positif. Banyak rumah sakit di Tiongkok berhenti memberikan layanan untuk bayi tahun ini karena jumlah bayi yang menurun.

Seperti dilansir CNA, pada Rabu 20 Maret 2024, dalam dua bulan terakhir, rumah sakit di beberapa provinsi seperti Zhejiang dan Jiangxi mengumumkan akan menutup bagian kebidanannya. Rumah Sakit Rakyat Kelima Kota Ganzhou, Provinsi Jiangxi mengumumkan melalui akun resmi WeChat bahwa layanan kebidanan akan ditangguhkan mulai 11 Maret 2024.

Sementara itu, Rumah Sakit Jiangshan di Zhejiang juga mengumumkan penghentian operasi kebidanannya mulai 1 Februari 2024. Data terakhir Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok menunjukkan jumlah rumah sakit bersalin turun menjadi 793 pada tahun 2021 dari 807 pada tahun 2020.

Media lokal, termasuk Daily Economic News, mengatakan penurunan jumlah bayi baru lahir membuat banyak rumah sakit tidak mungkin mempertahankan departemen kebidanan mereka tetap beroperasi. “’Musim dingin menjadi ibu’ sepertinya akan segera tiba,” lapor surat kabar tersebut.

Mengutip saluran Global matthewgenovesesongstudies.com, penutupan ini terjadi ketika para pengambil kebijakan di Tiongkok berupaya meningkatkan keinginan pasangan muda untuk memiliki anak. Tiongkok saat ini menghadapi masalah demografi yang semakin besar karena masyarakat yang menua dengan cepat.

Terdapat kombinasi beberapa faktor yang menyebabkan angka kelahiran di Tiongkok turun, yaitu: Dampak luas dari kebijakan satu anak di Tiongkok yang diperkenalkan pada tahun 1980an (namun ditinggalkan). Mengubah sikap terhadap gagasan pernikahan dan keluarga di kalangan pemuda Tiongkok. Ketidaksetaraan gender yang mengakar dan berdampak pada distribusi pekerjaan rumah tangga yang tidak adil membuat perempuan Tiongkok yang berpendidikan dan mandiri semakin ragu untuk menikah dan memulai sebuah keluarga.

Meskipun angka kelahiran menurun, angka kematian meningkat seiring dengan meningkatnya populasi lansia di negara tersebut. Di sisi lain, angkatan kerja menyusut, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi, yang dapat menimbulkan potensi masalah bagi seluruh dunia.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *