Thu. Sep 19th, 2024

Tanggapan Operator Seluler Soal Starlink Masuk Indonesia, Persaingan hingga Peluang Kerja Sama

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Layanan internet satelit Elon Musk, Starlink, akhirnya resmi diluncurkan di Indonesia pada Minggu, 19 Mei 2024. Saat ini, akses internet Elon Musk disebut masih terbatas, khusus untuk pendidikan dan sektor kesehatan. .

Namun kehadiran internet satelit sudah bisa menjangkau pelanggan swasta. Pasalnya, beberapa waktu lalu banyak orang yang membeli perangkat Starlink untuk menggunakan layanan internet satelit milik Elon Musk.

Kehadiran Starlink juga mendapat respon dari operator seluler yang merupakan penyedia layanan internet seluler.

Beberapa waktu lalu, Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengharapkan kehadiran satelit internet Starlink

Pasalnya, beberapa waktu lalu perusahaan telekomunikasi seperti XL Axiata juga memanfaatkan backbone satelit untuk menyediakan layanan telekomunikasi di daerah sulit dijangkau alias 3T.

Ia tak memungkiri, kedepannya XL Axiata juga bisa bekerjasama dengan Starlink untuk memperluas layanannya hingga ke wilayah 3T. Seluruh opsi, kata Gede, dinilai berdasarkan biaya yang paling efektif bagi perusahaan.

Opsi kemitraan Starlink

“Keberadaan internet satelit Starlink dapat menekan biaya sewa listrik dan lebih terjangkau. Sebagai pemain telekomunikasi, kami berharap ini bisa menjadi solusi untuk menekan biaya sewa listrik,” ujarnya.

“Kami ingin bekerja sama dengan mereka untuk menghubungkan BTS atau terhubung langsung dengan pelanggan di daerah pedesaan yang tidak dapat dijangkau,” kata Geede beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, terkait persaingan dengan operator seluler di Indonesia, I Gede Darmayusa mengungkapkan Starlink dan XL Axiata sebagai operator seluler memiliki pasar yang berbeda.

“Pasarnya menurut kami berbeda, pasarnya adalah pelanggan yang tidak bisa kami jangkau, di daerah terpencil bukan hanya masalah khusus, tapi juga masalah keamanan dan pemeliharaan,” kata Geedi.

Presiden dan CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan saat ini belum ada persaingan langsung antara XL Axiata dan Starlink.

Direktur dan Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Buldansyah pun mengamini. Dalam jumpa pers beberapa waktu lalu, Buldansyah tak memungkiri ada beberapa produk Indosat yang mampu bersaing dengan Starlink.

“Pasti ada beberapa produk yang menjadi kompetitor, tidak semua, tapi ada beberapa produk Indosat. Tapi menurut saya persaingan akan terus muncul, baik itu Starlink atau lainnya,” ujarnya.

Senada dengan Dian Siswarini, Buldansyah mengatakan kehadiran layanan internet Starlink tidak akan menjadi pesaing langsung Indosat Ooredoo Hutchison dalam menyediakan layanan internet.

Bahkan, Buldansyah meyakini akan terjadi persaingan sengit antara Starlink dan ISP di satelit.

Berhadapan dengan penyelenggara satelit

“Menurut saya, persaingan paling langsung adalah dengan penyelenggara VSAT, bukan melalui telepon,” kata Buldansyah.

Soal harga, Buldansyah mengatakan biaya berlangganan Internet Starlink yang mencapai Rp 750 ribu tidak akan bersaing dengan layanan FTTH (Fiber to the Home).

Namun, ke depannya, bukan berarti Starlink tidak akan kompetitif sama sekali. Menurut Dian Siswarini, Starlink pada akhirnya bisa menjadi pesaing langsung operator seluler.

Dian mengatakan, jika teknologi Starlink mampu memberikan kapasitas lebih besar untuk menjangkau pelanggan di perkotaan dengan biaya lebih rendah di masa depan, maka bisa bersaing dengan operator seluler.

“Jika nantinya Starlink mendapatkan teknologi lebih baik yang dapat memberikan layanan lebih murah di perkotaan, maka ini akan menjadi persaingan head-to-head.

Meski belum menjadi pesaing langsung, XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison berharap pemerintah memastikan persaingan yang setara antara operator seluler dan pemain satelit seperti Starlink yang ingin menawarkan layanan langsung.

“Pemerintah harus memastikan adanya kesetaraan, jika tidak, struktur (manual) kami akan terlalu mahal,” kata Geede.

Terkait kehadiran satelit Internet Starlink di Indonesia, Buldansyah menilai perusahaan Internet milik Elon Musk harus mematuhi berbagai regulasi di Indonesia.

“Saya kira regulasinya sudah jelas, sebagai sebuah produk pasti akan bersaing dengan beberapa produk. Kalau mengikuti hukum Indonesia, kita akan bersaing dalam pelayanan, harga, dan asuransi,” kata Buldansyah.

Ia menambahkan, yang terpenting dalam kompetisi ini adalah semua pemain berada pada level yang sama sehingga tidak ada bias terhadap aturan pemain tunggal yang ditetapkan pemerintah.

Sebaliknya, dalam keterangan tertulisnya pada akhir tahun 2023, Smartfren melalui Smartfren Business menggandeng Telkomsat untuk memanfaatkan koneksi satelit Starlink untuk mewujudkan koneksi industri yang beroperasi di kawasan 3T.

Kemitraan ini terbentuk karena kebutuhan konektivitas belum dapat dipenuhi oleh konektivitas berbasis fiber.

“Smartfren Business bermitra dengan Telkomsat untuk memanfaatkan konektivitas satelit Starlink untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kami berharap konektivitas satelit yang dipadukan dengan berbagai solusi Smartfren Business dapat membuka peluang untuk meraih pangsa pasar,” ujar CEO Smartfren Business Alim Gunadi. .

Beberapa pelanggan Smartfren Business yang telah menggunakan layanan konektivitas berbasis Starlink antara lain perusahaan manufaktur dan pertambangan yang beroperasi di Papua, Kalimantan, dan sekitarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *