Tue. Sep 24th, 2024

Tato dan Tindik Tak Steril, Pemicu Kanker Hati yang Sering Diabaikan!

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tato dan tindik mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern dan ekspresi diri yang populer. Namun, di balik keindahan teknik tubuh ini, terdapat risiko kesehatan serius yang sering diabaikan. Salah satu risiko yang paling berbahaya adalah kanker hati, yang bisa disebabkan oleh penggunaan alat tato dan tindik yang buruk. Mengapa tato dan tindik berbahaya?

Proses pembuatan tato dan tindik melibatkan penggunaan jarum untuk menembus kulit. Jika peralatan yang digunakan tidak steril, maka berisiko tinggi terjadinya penularan penyakit termasuk virus hepatitis B dan C.

Rino Alwani Ghani, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Gastroenterologi, Hepatologi RS Bandok Inda – Bandok Inda menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan tato dan tindik yang jelek. Menurutnya, risiko kanker hati meningkat pada mereka yang menggunakan alat non-reproduksi, terutama jika terdapat riwayat penyakit hati atau kanker hati. Apa penyebab penyakit liver?

Selain tato dan tindik yang buruk, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker hati: Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang menderita kanker hati atau kanker hati, maka risiko terkena kanker hati lebih tinggi. Kelainan darah: Riwayat transfusi darah, terutama jika dilakukan sebelum prosedur tes darah yang serius, dapat meningkatkan risiko kanker hati. Gaya hidup tidak sehat: Konsumsi alkohol berlebihan dan makanan tidak sehat dapat memperburuk kondisi hati dan meningkatkan risiko terkena kanker.

 

Mengingat kanker hati tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, deteksi dini adalah kunci pengobatan yang efektif. Jika Anda memiliki salah satu faktor risiko yang disebutkan di atas, sangat penting untuk melakukan tes secara rutin.

Pemeriksaan USG (USG) dan pemeriksaan darah untuk memantau fungsi hati dapat membantu mendeteksi kanker pada stadium dini bila pengobatan berhasil.

Jika kanker hati terdeteksi pada tahap awal, ada beberapa pilihan pengobatan yang perlu dipertimbangkan. Tergantung pada ukuran tumor dan kondisi hati pasien, pembedahan untuk mengangkat tumor atau transplantasi hati mungkin bisa menjadi pilihan. 

Selain metode bedah, ada juga metode pengobatan kanker hati non-bedah, antara lain radiofrekuensi ablasi (RFA) dan transarterial chemoembolization (TACE). 1. Ablasi frekuensi radio

Ablasi frekuensi radio (RFA) adalah teknik invasif minimal yang menggunakan energi panas dari gelombang radio untuk menghancurkan sel kanker di hati.

Dengan bantuan pencitraan seperti USG, CT scan, atau MRI, dokter memasukkan jarum listrik ke dalam tumor. Energi frekuensi radio yang disalurkan melalui suntikan memanaskan area sekitar tumor hingga suhu 60-100 derajat Celcius sehingga menyebabkan kematian sel kanker.

Setelah prosedur RFA, pasien dimonitor selama beberapa jam untuk mendeteksi potensi komplikasi sebelum kembali beraktivitas normal.

 

Kemoembolisasi transarterial (TACE) adalah prosedur non-invasif yang menggabungkan kemoterapi dan embolisasi. Prosedur ini dilakukan di ruang angiografi dengan anestesi lokal di selangkangan atau lengan tempat kateter dimasukkan ke dalam arteri hepatik.

Kombinasi obat kemoterapi dan agen anti inflamasi disuntikkan langsung ke arteri yang memasok darah ke tumor. Obat kemoterapi menghancurkan sel kanker, sedangkan obat embolisasi menyumbat arteri dan menghentikan aliran darah ke tumor.

Kombinasi ini menghilangkan oksigen dan nutrisi dari tumor, sehingga membunuh sel kanker.

Setelah prosedur TACE, pasien diawasi selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada komplikasi. Efek samping seperti demam, mual, dan nyeri pada hati mungkin terjadi, namun biasanya dapat dikontrol dengan obat-obatan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *