Sat. Sep 21st, 2024

Tentang Suku Baduy yang Menjaga Tradisi Hingga Kini

matthewgenovesesongstudies.com, Banten – Suku Badui merupakan komunitas suku asli Indonesia yang terletak di Pegunungan Kendeg, Desa Kanekes, Levidamar, Lebak, Banten. Mereka terus melestarikan tradisi dan budayanya hingga saat ini.

Masyarakat Badui hidup berdampingan dengan alam. Tak heran jika mereka masih mempertahankan seluruh kearifan lokal yang ada.

Mengutip dari kemenparekraf.go.id, Suku Badui terbagi menjadi dua, yaitu Badui Luar dan Badui Dalam. Suku Badu Luar bertempat tinggal di luar atau di sekitar wilayah Badu Dalam.

Masyarakat Badoui di luar cenderung memiliki budaya lebih terbuka terhadap dunia luar. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti suku lainnya, mulai dari bersekolah, berinteraksi dengan masyarakat luar hingga lebih terbuka dalam menerima tamu dan wisatawan.

Sebaliknya, suku Badui Dalam jauh lebih tertutup. Mereka tetap berpegang teguh pada aturan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Orang asing yang ingin memasuki wilayah tempat tinggal suku Badui Dalam harus berjalan kaki sekitar 12 kilometer dari suku Badui Luar. Pengunjung juga harus melewati perkebunan dan menyeberangi sungai di balik perbukitan.

Kedua kawasan tersebut dipisahkan oleh Sungai Sisimut dan dihubungkan oleh sebuah jembatan. Uniknya, jembatan ini dibangun dari ikatan akar pohon yang mengelilingi sungai, dengan tambahan bambu pada lantainya.

 

Sedangkan untuk penggunaan teknologi, masyarakat Baduy Dalam dilarang menggunakannya. Mereka berkomunikasi hanya dalam bahasa ibu, Sunda, dan membaca aksara Hanakaraka.

Ada perbedaan lain dalam pakaian sehari-hari juga. Suku Badui pedalaman wajib mengenakan pakaian adat berwarna putih atau biru tanpa kancing atau kerah. Mereka juga melarang memakai sepatu.

Sedangkan Suku Badui Luar lebih sering mengenakan pakaian berwarna hitam dengan kain ikat berwarna biru tua. Ini adalah perbedaan yang cukup mencolok antara kedua ras tersebut.

Beragamnya perbedaan keduanya turut mempengaruhi aturan yang harus dipatuhi oleh pengunjung luar. Kawasan Baduy desa Kanekes memang diperbolehkan untuk dikunjungi, namun tidak semua kawasan bisa diakses oleh siapapun, apalagi masyarakat luar Baduy.

Wisatawan harus mematuhi beberapa aturan umum Badu, salah satunya adalah aturan menghindari penggunaan teknologi. Wisatawan tidak boleh menggunakan ponsel, radio, speaker, tablet atau laptop atau perangkat teknologi lainnya.

Wisatawan juga dilarang mengambil foto wilayah dan masyarakat Badu tanpa izin. Hal ini mengacu pada kepercayaan masyarakat Badui yang menentang penggunaan teknologi dan tetap menjunjung tinggi alam. 

Aturan lainnya adalah mandi yang menghormati alam dengan tidak menggunakan produk kimia dalam kehidupan sehari-hari, seperti sabun mandi, pasta gigi, atau produk pembersih yang dianggap berbahaya bagi lingkungan. Pengunjung juga harus menghormati dan menjunjung aturan adat tersebut dengan tidak membawa atau menggunakan produk kimia secara sembarangan.

Yang terpenting, pengunjung dilarang keras membuang sampah sembarangan di kawasan ini, termasuk sungai. Mengetahui berbagai isu penting yang terus diusung oleh suku Badoui, kami berharap masyarakat luar dapat mendukung komitmen tersebut dalam melestarikan tradisi, budaya, dan kearifan lokalnya.

(resla)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *