Sat. Sep 21st, 2024

Tetap Tenang, Ketahui Cara Tepat Mengatasi dan Mencegah Tantrum pada Anak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Tantrum merupakan situasi yang kerap dihadapi para orang tua, terutama yang memiliki anak di bawah usia lima tahun. Tantrum juga bisa menjadi penyebab orang tua melakukan kekerasan terhadap anak. Oleh karena itu, mereka perlu memahami cara mengenali, mencegahnya, dan yang terpenting, menangani anak yang mengalami tantrum.

Menurut Dr. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, SpA(K), Kepala Departemen Tumbuh Kembang – Sosial Pediatri, Dept./KSM Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Prof. DR I G.N.G Ngoerah, Bali Wabah perilaku yang tidak diatur reaksi yang mencerminkan rasa frustrasi anak.

“Anak tidak bisa mengatur rasa frustasi yang dialaminya,” kata Trisna pada Seminar Media Manajemen Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang digelar secara online pada Selasa, 23 April 2024 dengan topik tantrum: Cara mencegah tantrum dan mengatasinya. ?

Amukan anak adalah saat yang ekstrem, tidak menyenangkan, dan tidak sesuai dengan situasi. Terkadang menampilkan perilaku agresif sebagai respons terhadap rasa frustrasi atau kemarahan anak. 

“Erupsi ini sebenarnya merupakan perkembangan normal tergantung usia anak, namun bisa juga menjadi tidak normal jika erupsi terus berlanjut pada anak yang lebih besar dan remaja,” kata Trisna.

Umumnya tantrum terjadi pada usia 18 bulan hingga 4 tahun.

Perkembangan emosional/sosial anak harus dipahami oleh orang tua atau keluarga sebagai landasan dalam menghadapi anak tantrum.

“Jadi harus memahami tahapan perkembangan emosional/sosial anak,” kata Trisna.

Orang tua atau keluarga harus menyadari bahwa ada tahapan perkembangan yang harus ditentukan sesuai usia. 

Trisna menjelaskan, beberapa faktor berikut ini bisa menjadi penyebab atau pemicu tantrum pada anak. Keadaan fisiologis anak: Pada anak kecil, tantrum biasanya terjadi ketika mereka lelah, lapar, bosan atau frustasi.  Masalah kesehatan: Hal ini juga dapat terjadi jika anak sedang sakit atau mengalami gangguan kesehatan. Anak menginginkan sesuatu atau menolak sesuatu: “Bisa jadi dia mencari perhatian orang tuanya, atau anak tidak menginginkannya, saat dia sedang bersenang-senang sambil bermain lalu tiba-tiba terjadi perubahan mendadak,” kata Trisna. . Anak-anak belum mempunyai coping skill yang baik. Anak berkebutuhan khusus (ABK): “Anak berkebutuhan khusus kurang pandai dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikannya,” jelas Trisna. Pola asuh orang tua : Pola asuh orang tua yang otoriter, permisif atau tidak selalu diabaikan oleh orang tua, atau bahkan ada aturan yang tidak konsisten.  Temperamen anak: Temperamen anak yang keras kepala dan tidak sabaran dapat menyebabkan tantrum. Lingkungan: “Misalnya ada kekerasan dalam keluarga, orang tua mengalami gangguan kesehatan jiwa,” kata Trisna. tetap tenang (tetap tenang)

Saat anak tantrum, Anda sebagai orang tua harus tenang, tidak membentak, dan nada suara juga harus tenang. “Saat orang tua membentak, ledakan amarah anak akan berlipat ganda,” kata Trisna. Abaikan Tantrum (Abaikan Perilaku Tantrum)

Abaikan tantrumnya, tapi jangan abaikan anak. Saat anak sudah aman dan tidak lagi membahayakan dirinya atau orang lain, abaikan saja tantrumnya, namun jangan abaikan anak. Distraksi anak (mengalihkan perhatian anak)

Orang tua atau pengasuh mungkin akan menelantarkan anak tersebut untuk sementara waktu sambil menunggu wabah berakhir. “Beri waktu pada anak untuk melepaskan energi tantrumnya,” kata Trisna. Katakan “ya” bila memenuhi kebutuhan fisik dan keselamatan anak, namun jangan menuruti tuntutan tersebut (Katakan “ya” bila kondisi anak aman dan jangan menuruti keinginan anak).

Katakan “ya” jika anak merasa aman, namun jangan mudah terbujuk untuk menuruti keinginan anak. Berkomunikasi dengan baik (komunikasi yang baik)

Orang tua harus tetap berkomunikasi dengan baik, tidak membantah, tidak membentak di depan anak.

“Sebagai orang tua, harus bisa menjadi teladan yang baik. Jangan sampai orang tua tantrum ketika anak sedang tantrum,” kata Trisna. Perhatikan kebutuhan anak (perhatikan kebutuhan anak)

Selalu berikan perhatian positif pada anak. Orang tua perlu memahami kebutuhan anak, seperti lapar, mengantuk, atau tidak ingin diganggu. Biarkan anak mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan (Beri anak kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan)

Jadilah pendengar yang baik. Anak perlu diajarkan untuk mengungkapkan perasaannya sejak awal, misalnya saat sedang marah, kecewa, atau sedih. “Agar anak bisa merasakan apa yang dirasakannya. Bisa belajar tentang hal-hal yang bersifat intrapersonal,” jelas Trisna. Sebisa mungkin, jadikan waktu tidur dan makan sebagai rutinitas sehari-hari

“Rutinitas itu bagian dari kedisiplinan. Waktu tidur dan makan harus diatur, meskipun sedang libur tetap harus dilakukan secara rutin dan konsisten,” kata Trisna.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *