Fri. Sep 20th, 2024

Trivia Saham: Mengenal Instrumen EBA Ritel, Apa Untungnya?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Pilihan investasi kini semakin beragam. Pada umumnya investor sudah familiar dengan saham, reksa dana, dan obligasi. Namun ada instrumen lain yang juga menarik untuk diversifikasi portofolio, yaitu instrumen Efek Beragun Aset (EBA).

Sederhananya, EBA adalah sekuritas yang terdiri dari sekelompok aset keuangan berbentuk surat. Di Indonesia, ada EBA yang ditawarkan dalam bentuk Surat Partisipasi (SP) atau EBA-SP.

Laporan Laman PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Minggu (28/4/2024), EBA pertama kali diterbitkan SMF pada tahun 2009 dan hanya dijual kepada investor institusi. Sejak akhir tahun 2018, SMF mulai menjual produk ini kepada investor ritel.

Dalam hal ini EBA-SP terdiri dari sekelompok Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diterbitkan melalui proses sekuritisasi sehingga menjadi instrumen investasi pendapatan tetap yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Dengan kata lain, membeli EBA ritel sama dengan membeli jaminan hipotek dari bank.

Saat ini SMF menjadi satu-satunya penerbit EBA-SP yang diatur dalam Peraturan OJK Nomor 23/POJK.4/2014 dengan total emisi sejak tahun 2009 sebesar Rp12,78 triliun. Seluruh EBA-SP yang diterbitkan oleh SMF mendapatkan peringkat idAAA, yang merupakan peringkat terbaik yang tersedia untuk instrumen investasi.

General Manager PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Ananta Wiyogo menjelaskan, program pengembangan pasar ritel EBA-SP dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah investor di ‘EBA-SP dengan menyasar investor individu, memanfaatkan apa yang ada. sudah ada. Posisi EBA-SP. Dalam hal ini, SMF akan berperan sebagai market maker agar pasar sekunder EBA-SP lebih likuid.

“Sebelumnya EBA-SP sebagian besar dimiliki oleh investor institusi seperti dana pensiun (Dapen), asuransi, dan lain-lain. Kolaborasi pertama ini merupakan upaya kami untuk memperluas dan menumbuhkan basis investor kami, yaitu calon investor seperti generasi milenial dan pihak-pihak lain yang berminat berinvestasi. “EBA-SP Ritel akan memberikan diversifikasi bagi mereka yang berinvestasi di pasar modal,” kata Ananta. Instrumen investasi pendapatan tetap

EBA Retail merupakan instrumen investasi berpendapatan tetap sehingga karakteristiknya hampir sama dengan obligasi. Perbedaan mendasar antara EBA Retail dengan obligasi adalah pada EBA Retail terdapat amortisasi pokok yang dibayarkan bersamaan dengan periode pembayaran kupon (setiap 3 bulan). Alat musik ini bisa dibeli mulai dari Rp 100.000. Dana tersebut likuid dan dapat diperdagangkan kapan saja.

Risiko EBA SP Retail adalah risiko fluktuasi harga di pasar sekunder akibat perubahan suku bunga, serta risiko pelunasan lebih awal KPR yang dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima investor.

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada perdagangan 22-26 April 2024. IHSG melanjutkan koreksi sejak pekan lalu, namun pelemahannya berkurang.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Sabtu (27/4/2024), IHSG turun 0,72 persen menjadi 7.036,07. Pada pekan lalu, IHSG turun 2,74 persen menjadi 7.087,31.

Sedangkan kapitalisasi pasar meningkat 0,31 persen menjadi Rp11,754 triliun pada minggu ini dari Rp11,718 triliun pada minggu sebelumnya.

Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian turun 12,91% menjadi Rp13,62 triliun dibandingkan pekan lalu sebesar Rp15,64 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi dalam sepekan turun 22,63% menjadi 1,06 juta transaksi dibandingkan 1,37 juta transaksi pada minggu lalu.

Pada pekan ini, rata-rata volume perdagangan harian melonjak 10,65% menjadi 19,22 miliar lembar saham dari pekan lalu sebanyak 17,37 miliar lembar saham.

Investor asing mencatatkan aksi jual senilai Rp 2,16 triliun pada Jumat 26 April 2024. Sepanjang sepekan, investor asing melepas saham senilai Rp 4,49 triliun. Sepanjang tahun 2024, investor asing masih terus mencadangkan pembelian saham senilai Rp 7,62 miliar.

IHSG juga melemah sepanjang pekan ini, dengan sebagian besar sektor saham mengalami tekanan. Sektor-sektor saham yang mencatatkan penguatan hanyalah sektor saham-saham konsumen non-siklikal yang menguat 0,89 persen, sektor saham real estate dan properti menguat 0,62 persen, dan sektor saham Teknologi menguat 1,6 persen, serta saham-saham infrastruktur menguat 0,96 persen. .

Sementara sektor saham energi turun 2,16 persen, sektor bahan baku turun 3,37 persen dan mencatatkan koreksi paling besar di antara sektor saham lainnya. Selain itu, sektor saham industri turun 2,16 persen, sektor saham diskresi konsumen turun 2,84 persen, sektor saham kesehatan turun 0,82 persen, dan sektor saham transportasi dan logistik turun 3,17 persen.

Dalam sepekan ada dua judul yang listing di BEI. Pada hari Senin tanggal 22 April 2024, Obligasi Berkelanjutan I JACCS MPM Finance Indonesia Tahap III Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT JACCS Mitra Pinasthika Mustika Finance mulai dicatatkan di BEI dengan nilai obligasi utama sebesar Rp 500 miliar.

Hasil pemeringkatan PT Fitch Ratings Indonesia untuk obligasi ini adalah idAA (Double A) dengan administrator PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kemudian, pada Rabu (24/4), Obligasi Berkelanjutan VI Astra Sedaya Finance Tahap III Tahun 2024 yang diterbitkan PT Astra Sedaya Finance mulai dicatatkan di BEI dengan nilai obligasi utama Rp 2,5 triliun.

Hasil pemeringkatan PT Fitch Ratings Indonesia untuk obligasi ini adalah AAA(idn) (Triple A) dengan wali amanat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Total penerbitan obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2024 sebanyak 33 penerbitan dari 25 emiten senilai Rp37,36 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 551 emisi dengan nilai nominal beredar Rp 465,05 triliun dan US$ 46,1485 juta, diterbitkan oleh 129 emiten.

Terdapat 186 seri Obligasi Negara (SBN) yang tercatat di BEI dengan nilai nominal Rp 5.774,51 triliun dan US$ 502,10 juta. Selain itu, BEI mencatat 10 penerbitan EBA senilai Rp 3,05 triliun.

Sebelumnya diberitakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan pada 16-19 April 2024. Sentimen umum, terutama memanasnya konflik Iran dan Israel, memberikan tekanan pada IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Sabtu (20/4/2024), IHSG turun 2,74 persen menjadi 7.087,31. Jelang libur lebaran, IHSG turun tipis 0,03 persen menjadi 7.286 pada periode 1 hingga 5 April 2024.

Selanjutnya kapitalisasi pasar turun 1,42 persen dari Rp 11,887 triliun menjadi Rp 11,718 triliun pada akhir pekan ini. Investor asing menjual saham senilai Rp 4,51 triliun selama sepekan. Pada Jumat 19 April 2024, investor asing melepas saham senilai Rp 838,17 miliar. Sepanjang tahun 2024, investor asing akan membeli saham senilai Rp 12,12 triliun.

Pada minggu ini, peningkatan terbesar terjadi pada rata-rata frekuensi harian perdagangan saham. Rata-rata frekuensi perdagangan saham harian meningkat 36,53% menjadi 1,37 juta transaksi dari 1,01 juta transaksi pada minggu lalu.

Rata-rata nilai harian transaksi saham melonjak 26,01 persen menjadi Rp15,64 triliun dari pekan lalu Rp12,41 triliun. Selanjutnya, rata-rata volume perdagangan harian saham meningkat 10,34% menjadi 17,37 miliar saham pada minggu ini, dibandingkan 15,75 miliar saham pada minggu lalu.

Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, keputusan IHSG dipengaruhi sentimen global selama sepekan. Pertama, konflik geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat. Kedua, kenaikan harga komoditas global. Keempat, penguatan indeks dolar AS sehingga berdampak pada pelemahan nilai tukar rupee.

Keempat, kemungkinan bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (Fed) mempertahankan suku bunga acuannya pada bulan Juni.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *