Sat. Sep 7th, 2024

Uniknya Warteg ala Indonesia di Tokyo Jepang, Konsep bak Pulang ke Kampung Halaman

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Banyak restoran Indonesia yang buka di luar negeri. Restoran ini mewakili cita rasa masakan lokal dan melegakan masyarakat Indonesia yang tinggal di negara lain.

Salah satunya Warteg Jawa di Tokyo, Jepang. Ajeng Kamaratih mencoba mengungkap siapa manajer tersebut dalam konten TikTok miliknya. Ayo ke Warteg Jawa di Tokyo, seru Ajeng dari konten yang diunggah akun @ajeng.kamaratih_ pada Jumat, 10 Mei 2024.

Menurutnya, ia tidak sengaja menemukan Warteg saat sedang berjalan-jalan di kawasan Shinjuku, Tokyo. Ia kaget karena isinya sudah lengkap, di mana namanya terukir di Gmaps dan nama Wargeg Monggo Moro.

Tempatnya juga mudah ditemukan karena terletak di jalan Shinjuku. Dia senang ketika menemukan tempat ini. Menurutnya, hal itu bisa menghilangkan rasa lapar menyantap makanan rumahan khas Indonesia.

Ajeng menceritakan, warteg ini sudah ada sejak tahun 2019 di kawasan sibuk Shinjuku, Tokyo, Jepang. Penelitian lebih lanjut, nama monggo moro dapat diterjemahkan menjadi “silakan datang” dalam bahasa Jawa.

Bahkan dari luar pun terlihat bahwa tempat ini bergaya Indonesia. Nuansa bendera merah putih pada bendera hotel memberikan identitas yang ingin dimasuki oleh orang asing.

Bahkan saat kami berada di luar, gambar menunya tetap ditampilkan. Jangan lupa juga ada kerupuk yang bergelantungan di warteg, seperti di Indonesia. 

 

“Karena pengunjungnya banyak sekali, jadi harus tulis nama di baris dulu,” kata Ajeng seraya menambahkan pelanggan baru akan diundang jika ada kesempatan.

Jika ditengok ke dalam, tata letak ruang tunggunya terlihat cukup bagus, dengan suasana mirip Indonesia. Bukan sekedar warteg, namun akhirnya tempat ini juga menjadi supermarket dan mirip toko kelontong. 

Instalasi Warteg terdiri dari etalase kaca dan piring yang didesain apik dengan menu berbeda-beda. Kalau soal harga pangan, rata-rata berkisar antara 1.000 hingga 1.500 yen per porsi, atau sekitar 100.000 hingga 150 rupee, menurut Ajeng.

Jika Anda memesan bekal makan siang, para tamu mendapat kopi gratis. Istimewanya, tersedia berbagai pilihan minuman khas Indonesia seperti teh jahe dan jamu yang cocok untuk cuaca dingin.

Di toko kelontong, pengunjung bisa menemukan bawang goreng, mie instan yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia, dan sambal. Bisa dibilang hampir semua makanan asli Indonesia tersedia di Warteg ini.

“Sentuhan Indonesia tetap ada meski di luar negeri kan?” Ajeng bertanya sambil menyelesaikan isinya.

Kekayaan gastronomi negara ini telah memantapkan dirinya di seluruh dunia. Hal ini dicapai dengan hadirnya banyak restoran Indonesia di luar negeri yang berbisnis dengan makanan dari diaspora Indonesia.

Lada Melbourne adalah salah satunya. Berlokasi di 71 Queens Road, Melbourne, Victoria, Australia, restoran Indonesia ini dibuka pada tahun 2006 oleh tim suami istri Adrian dan Corina.

“Berawal dari saya, Corina, dan suami Adrian ingin membuka restoran Indonesia di Melbourne. Berawal dari hobi saya memasak, mengajak teman makan di rumah, dan menyajikan makanan untuk rombongan dan Melbourne saat itu,” kata Corina kepada Liputan6 tim gaya hidup pada Jumat, 19 Januari 2024. com.

Pasangan ini melihat peluang untuk memperkenalkan makanan Indonesia ke Melbourne. “Bisa dibilang masyarakat Melbourne bisa lebih mengenal makanan Indonesia, bisa menikmati cita rasa makanan Indonesia, dan masyarakat Indonesia di sini kalau ketinggalan bisa makan bersama kami,” tambah Corina.

Garam Merica Restaurant di Melbourne sendiri menyajikan hidangan dengan konsep warung tegal, atau nasi yang dibungkus warteg. Hal ini tidak lepas dari karakter Corina.

“Saya dari Tegal, Jawa Tengah, dan saya besar di sana. Waktu saya kecil, makanan saya adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Ada nasi bogana khas Tegal, nasi campur daun pisang, untuk sarapan atau makan siang,” ujarnya.

Makanan ini, kata Corina, sudah menjadi tradisi di keluarganya semasa kecil. Ia melanjutkan, “Rasa dan tekstur nasi kembung inilah yang sangat menarik bagi saya.”

Saat pasangan tidak ada di rumah, mereka merindukan budaya, masakan enak dan memberikan rasa aman. Corina berkata: “Ketika saya rindu kampung halaman, apa yang bisa menyembuhkannya, saya memikirkan ciri-ciri tradisional yang mewakili Indonesia, yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang, lauknya bisa dipilih, dan itu terdengar bagus dalam bahasa saya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *