Thu. Sep 19th, 2024

Viral Jemaat Gereja Siapkan Makanan Buka Puasa untuk Pengungsi Banjir di Kudus

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Media sosial (medsos) baru-baru ini dihebohkan dengan ulah ibu-ibu non-Muslim yang menyiapkan menu buka puasa untuk korban banjir di Kudus, Jawa Tengah. Bulan Ramadhan kerap dijadikan momen yang tepat untuk saling berbagi amal shaleh. Tak hanya umat Islam, non-Muslim juga tak kekurangan dalam berbagi kebaikan.

Hal inilah yang dilakukan Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjung Karang terhadap umat Islam di Kudus. Informasi tersebut diketahui dari postingan Instagram @cretivox pada 21 Maret 2024. Gereja tersebut merupakan salah satu tempat pengungsian di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bagi korban banjir Kudus. .

Gereja menawarkan berbagai bantuan dan manfaat kepada para pengungsi Muslim untuk menjalankan ibadah puasa. Hendra Wijaya selaku Pendeta GKMI menyatakan, para ibu-ibu jemaah gereja ikut serta dalam memasak santapan puasa.

Sementara itu, mereka menyiapkan dapur dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyajikan sahur. Aksi yang dilakukan anggota Gereja Quds ini merupakan bentuk toleransi umat Kristiani terhadap umat Islam.

Unggahan tersebut pun langsung viral dan menyedot banyak perhatian warganet. Berbagai komentar mengalir atas pengumuman toleransi beragama, terutama pujian.

“Toleransi sucinya luar biasa banget, tahun kemarin juga ada banjir, dan gerejanya dijadikan tempat pengungsian bagi korban banjir,” komentar salah satu warganet.

“Terima kasih, semoga hartamu bertambah banyak,” sahut netizen lainnya.

Politik memecah belah, Ramadhan dan bencana bersatu, kata netizen lainnya.

“Masa Allah mengharukan sekali… indahnya toleransi, semoga Allah membalasnya dengan keberkahan yang banyak… aamiin,” tulis warganet lain.

Di bulan Ramadhan, masyarakat kerap memanfaatkan berbagai momen unik untuk mempersiapkan berbuka puasa, salah satunya adalah dengan mencari takjil atau jajanan ringan yang biasa disantap sesaat setelah azan magrib. Ibadah puasa bagi umat Islam juga menjadi berkah bagi non-Muslim, seperti para biarawati di Sukabumi, Jawa Barat.

Momen tersebut terekam kamera seorang warga dan menjadi highlight media sosial yang diunggah akun @sukabumicitycom di tiktok. Kegiatan ini dilakukan oleh komunitas ibu Kongregasi Suster Fransiskan (SFS) di Sukabumi, Sisilia. Dikatakannya, takjil dijual mulai hari ketiga Ramadhan.

“Kami ingin melayani mereka yang berbuka puasa dan tidak punya waktu untuk mengurusnya sendiri,” kata Suster Sisilia dalam pertemuan tersebut, Sabtu, 23 Maret 2024, mengutip saluran Islam matthewgenovesesongstudies.com.

Ia bersama perawat lainnya berjualan di kawasan Sukabumi Jalan RS Cikole tepatnya di dekat RSUD R Syamsudin SH. Sisilia mengatakan, hal itu merupakan wujud kerelaan dan toleransi terhadap warga muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

“Pada dasarnya kami tidak mencari keuntungan, tapi kami sediakan bagi yang ingin membelinya, dan harganya pun tidak mahal, namun terjangkau bagi yang tidak sempat menyiapkannya, namun ingin berbuka puasa,” dia berkata.

Jajanan takjil yang dijual juga bermacam-macam, seperti selai pisang, kolang kaling, bubur sumsum tulang, es buah, gorengan, dan odeng pelangi. Dengan harga mulai dari Rp 5.000. “Produksinya mulai sore. Pagi kita belanja, sorenya persiapan, perawat sibuk mengurus. Jadi siangnya kita tidak istirahat, jadi mau melayani saja,” jelasnya.

Mereka berjualan mulai pukul 16.00 WIB hingga menjelang azan magrib, pukul 18.00 WIB. Pihaknya juga berencana membagikan takjil gratis di pertengahan bulan Ramadhan. Ia mengaku tak menyangka aktivitas jualan menjadi pusat perhatian saat Ramadan, sehingga banyak warga yang berbelanja karena penasaran.

“Inisiatif kita dari komunitas adik-adik. Lalu kalau nanti kita memberi, maka kita berikan, sementara itu kita bagi-bagi takjil kepada supir taksi, pengendara sepeda motor, supir angkot, dan nanti buka puasa bersama para pegawai yang beragama Islam,” jelasnya. .

“Oh iya mungkin kalian bertanya-tanya, non-Muslim pun ada yang beli. Tapi kita tetap menawarkan apa yang bisa kita capai dengan 25 itu, tidak akan pernah bertambah,” lanjutnya.

Profesor Bagong Suyanto dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Unair) Universitas Airlangga bereaksi terhadap fenomena perburuan takjil antar agama atau non Islam (nonis) yang terjadi belakangan ini. Menurutnya, momen ini dapat mempererat tali persaudaraan antar umat beragama.

“Umat Islam kebanyakan membeli takjil untuk konsumsi pribadi. Kalau non-Muslim membeli takjil selain untuk konsumsi pribadi, mereka juga membagikannya kepada orang yang berpuasa,” ujarnya pada Senin, 25 Maret 2024 seperti dilansir Liputan6 Surabaya. saluran com.

Guru Besar Sosiologi ini mengungkapkan, fenomena tersebut merupakan bentuk keharmonisan antar umat beragama. Hal ini membuktikan bahwa meskipun masyarakat Indonesia beragam, namun ikatan persatuan masih kuat.

“Saya melihat fenomena ini sebagai bentuk aksi harmonis antar umat beragama,” ujarnya. Profesor Bagong menambahkan fenomena ini merupakan tren yang baik. Fenomena tersebut mengandung pesan moral untuk saling menghargai, meski berbeda agama.

“Saya kira ini merupakan tren yang baik untuk memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa walaupun berbeda agama, namun tetap harus saling menghormati,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *