Fri. Sep 20th, 2024

Waspada Hipertensi Bisa Picu Pecahnya Aneurisma Otak, Begini Penjelasan Dokter

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Dokter Bedah Saraf RS PON, dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS mengatakan, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyebab terjadinya stroke.

Kusdiansah menjelaskan, aneurisma otak merupakan kondisi terjadinya perluasan abnormal pada dinding pembuluh darah di otak. Bentuk seperti balon muncul dari vena.

“Saat terjadi aneurisma, dinding pembuluh darah di otak semakin menipis. Ini seperti balon yang semakin tipis saat digelembungkan,” kata Kusdiansah. Rumah Sakit (RS PON) Prof. Dr. Dr. Mahar Mardjono, Jakarta, Sabtu 29 Juni 2024.

Struktur dinding pembuluh darah yang tipis tersebut, jelas Kusdiansah, membuat pembuluh darah rentan mengalami perubahan tekanan secara tiba-tiba, seperti tekanan darah turun, atau saat seseorang batuk parah.

Jadi kalau tekanannya tiba-tiba berubah, tekanan darahnya naik tiba-tiba, atau kalau batuk sampai batuk, tekanan darahnya bisa naik dan aneurismanya bisa pecah, jelas Kusdiansah.

Selain itu, Kusdiansah juga mengatakan, aneurisma bisa pecah pada situasi tertentu, misalnya saat seseorang sedang berusaha ejakulasi, atau saat pria dan wanita berhubungan seks.

“Kalaupun kita coba turunkan, hal itu juga sering terjadi, atau saat laki-laki dan perempuan berhubungan seks, aneurismanya sering pecah,” ujarnya.

Aneurisma adalah suatu kondisi terbentuknya tonjolan seperti balon pada pembuluh darah di otak. 

“Balon ini dindingnya tipis sehingga mudah pecah. Pada beberapa pasien, saat bersin bisa pecah, atau tekanan darah tiba-tiba tinggi bisa pecah,” kata Kusdiansah.

Aneurisma adalah silent killer, kata Kusdiansah. Pasalnya, penderita aneurisma umumnya tidak menunjukkan gejala.

“Kebanyakan pasien aneurisma tidak merasakan apa-apa seumur hidupnya. Sekali pecah berakibat fatal, setengahnya langsung meninggal,” ujarnya.

Namun, Kusdiansah menambahkan, ada pula yang melemparkan isyarat ke arah beberapa orang.

“Misalnya wajar kalau sakit kepala sudah muncul. Kalau misalnya baru muncul beberapa bulan yang lalu, patut dicurigai, mungkin ada apa, dan aneurisma bisa jadi salah satu penyebabnya.”

Kusdiansah menjelaskan, aneurisma otak yang berkembang bisa pecah dan menyebabkan pendarahan di otak.

“Aneurisma yang pecah sangat berbahaya, angka kematiannya mencapai 50 persen jika pecah,” ujarnya.

Menurut statistik dari Brain Aneurysm Foundation, satu dari 50 orang menderita aneurisma. Setiap 18 menit, 1 aneurisma pecah dan sekitar 500.000 orang meninggal karena aneurisma otak setiap tahunnya.

Di Indonesia sendiri, RS PON dan Kementerian Kesehatan RI telah berupaya mengumpulkan data jumlah kasus Cerebral Palsy selama beberapa tahun untuk mengetahui prevalensinya.

Misalnya, dalam setahun sekitar 100 pasien datang ke RS PON untuk berobat. Sejak berdirinya RS ini, kami telah menerima lebih dari 1.000 penderita penyakit otak, kata Kusdiansah.

Kliping bedah adalah prosedur utama untuk mengobati aneurisma otak. 

“Clamping merupakan teknik pembedahan yang digunakan untuk menghentikan aliran darah pada vena yang tidak normal,” jelas Kusdiansah.

Pemotongan juga dilakukan pada aneurisma yang pecah, karena jika pecah maka tubuh akan memperbaiki balon tersebut, namun dengan dinding yang lebih kecil sehingga mempunyai kemampuan untuk pecah kembali.

Proses ablasi ini juga dilakukan untuk mencegah aneurisma pecah kembali.

Kusdiansah mengingatkan, yang terpenting adalah mencegah terjadinya aneurisma karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

“Yang terpenting mencegah aneurisma dengan tidak merokok, menjalani pola hidup sehat, tidak menderita hipertensi,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *