Fri. Sep 20th, 2024

Waspadai Penyakit Leptospirosis di Daerah Rentan Banjir

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Dinas Kesehatan Jawa Barat mengimbau warga yang tempat tinggalnya kerap dilanda bencana banjir untuk mewaspadai penyakit zoonosis bernama leptospirosis.

Menurut Pakar Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Barat, Elfi Kat Mutia, SKM.,MKM, Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menginfeksi manusia dan hewan.

Manusia sering tertular melalui kontak kerja atau kontak langsung dengan urin hewan pengangkut atau melalui air atau tanah yang terkontaminasi.

Risiko seseorang tertular tergantung paparan faktor risiko, jelas Elfi, seperti dikutip dari situs Dinas Kesehatan Jabar, Senin, 15 April 2024.

Elfie menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan upaya pencegahan sesegera mungkin.

Manusia dapat tertular leptospirosis melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi Leptospira.

Beberapa orang berisiko tinggi terkena leptospirosis karena pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, atau gaya hidup mereka.

Kelompok pekerjaan utama yang berisiko tertular penyakit ini adalah petani atau pekerja perkebunan, pekerja hewan, peternak, petugas kebersihan, pekerja pipa air, rumah potong hewan, pengolah daging, dan militer.

“Kelompok lain yang berisiko tinggi tertular leptospirosis adalah bencana alam seperti banjir dan meningkatnya jumlah orang yang melakukan rekreasi olahraga air,” kata Elfie.

Namun Elfie mengatakan tidak semua penderita leptospirosis akan langsung menunjukkan gejala. Ada kemungkinan pasien mengalami gejala baru setelah masa inkubasi sekitar 10 hari berlalu.

Gejala klinis penyakit leptospirosis adalah:

1. Demam tinggi disertai menggigil

2. Sakit kepala

3. Nyeri otot terutama di daerah betis

4. Sakit tenggorokan disertai batuk kering

5. Mata merah dan kulit kuning

6. Mual yang menyebabkan muntah disertai diare

“Setelah timbulnya gejala, penderita leptospirosis biasanya sembuh dalam waktu 1 minggu ketika sistem kekebalan tubuh dapat mengatasi infeksinya,” lanjut Elfie.

Namun, beberapa pasien mungkin mengalami tahap kedua, ditandai dengan nyeri dada dan pembengkakan pada kaki dan lengan.

Pada infeksi tahap kedua, bakteri Leptospira dapat menyerang organ lain seperti paru-paru, ginjal, jantung, dan jantung.

Elfi mengatakan, kasus leptospirosis di Jabar meningkat menjadi 34 pasien dengan CFR 0 persen pada tahun 2019 dan 55 pasien dengan CFR 16,4 persen pada tahun 2020, yang akan meningkat pada tahun 2021. CFR menurun pada 14 pasien sebesar 14,3 persen.

Pada tahun 2015-2021, kabupaten dengan kasus leptospirosis terbanyak adalah Kabupaten Bandung yang banyak daerahnya rawan banjir sehingga menjadi faktor risiko terjadinya leptospirosis.

Leptospirosis dapat dicegah. Diantaranya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Namun, tidak ada salahnya menyimak detailnya di bawah ini:

1. Menjaga pola hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri terutama setelah beraktivitas di daerah yang berisiko terkena penyakit leptospirosis.

2. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja yang bekerja di lingkungan berisiko leptospirosis.

3. Jagalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal anda, agar tidak menjadi sarang tikus, termasuk menyimpan air, mengelola sampah agar tidak menjadi sarang tikus.

4. Menyebarluaskan informasi tentang bahaya penyakit leptospirosis kepada masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terpapar leptospirosis.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Primal Sudjana menjelaskan, banyak genangan air atau banjir saat musim hujan yang menjadi media penularan leptospirosis.

Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui luka kulit, kulit pecah, atau lapisan mulut atau mata.

Menurut Primal, percikan air yang terkontaminasi bakteri dapat menyebabkan infeksi melalui selaput mulut dan mata.

Saat seseorang menderita leptospirosis, keluhan yang paling dominan adalah nyeri otot. Kemudian, orang tersebut mengalami demam dan penyakit kuning.

“Karena menyebabkan gangguan liver dan kemungkinan terjadi pendarahan. Perdarahan biasanya paling banyak, keluar dari saluran kencing, berwarna merah. Lalu terus berlanjut, sering menyebabkan gagal napas. Lalu, ada komplikasi pneumonia,” kata Pratama Sudjana.

Kebanyakan penderita leptospirosis meninggal karena gagal napas, pneumonia, dan gagal ginjal. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mempunyai risiko lebih tinggi terkena leptospirosis.

Banjir hampir dapat dipastikan membawa bakteri Leptospira dari sarang tikus melalui air ke daerah lain. Tak hanya di kawasan banjir, kondisi air yang mengalir juga sangat tinggi.

“Saat banjir, bakteri Leptospira yang biasa keluar dari sarangnya di ginjal tikus ikut terbawa air. Nah, kalau banjir, banyak orang yang tidak memakai sepatu bot atau pelindung lainnya. Sama saja. ketika itu terjadi. Di arus yang deras, kita pasti tidak akan tahu. “Saat air mengalir deras, ada saja yang menggores kulit kita. Kalau ada luka, kemungkinan besar bakteri bisa masuk,” jelas Primal.

Tikus merupakan hewan pengerat yang sering mengalami leptospirosis. Tikus lebih banyak berkembang biak di sekitar pemukiman.

Menurut Primal, populasi tikus disebabkan oleh sampah organik berupa sisa makanan. Oleh karena itu, populasi tikus harus terus bertambah.

Primal mengingatkan seluruh masyarakat di musim hujan ini untuk segera membersihkan wilayah tempat tinggalnya, terutama sumur-sumur yang tergenang akibat banjir yang juga dapat menyebarkan penyakit kencing tikus.

Jika ada warga yang demam, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *