Fri. Sep 20th, 2024

5 Negara yang Tidak Menjadikan Sunat sebagai Kewajiban, Bahkan Ada yang Melarang

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sunat adalah prosedur pembedahan yang menghilangkan kulup, kulit yang menutupi ujung penis. Praktek ini dilakukan karena berbagai alasan antara lain budaya, agama, kebersihan, dan penampilan.

Anak laki-laki biasanya disunat dalam waktu 10 hari setelah lahir, seringkali oleh dokter di rumah sakit. Sebelum prosedur, orang tua diberitahu tentang prosedur dan risiko yang terkait.

Namun, sunat juga bisa dilakukan pada anak laki-laki atau pria dewasa, meski prosedurnya mungkin berbeda-beda.

Menurut Kids Health, sunat memiliki beberapa manfaat, antara lain: Mengurangi risiko HIV dan penyakit menular seksual (PMS) lainnya: Orang yang disunat memiliki risiko lebih rendah tertular HIV dan penyakit menular seksual lainnya saat dewasa. Mencegah infeksi saluran kemih: Sunat dapat membantu mencegah infeksi saluran kemih, terutama pada anak laki-laki. Mengurangi risiko kanker penis: Meskipun kanker penis jarang terjadi, sunat dapat mengurangi risikonya. Menjaga kebersihan penis: Sunat memudahkan pembersihan penis dan mengurangi risiko iritasi, peradangan atau infeksi.

Sunat tersebar luas di Indonesia dan bahkan diwajibkan oleh beberapa kelompok agama. Namun, di negara lain, sunat dianggap sebagai pilihan pribadi dan biasanya tidak dilakukan. Beberapa negara bahkan melarang sunat karena alasan tertentu.

Berikut beberapa negara yang tidak mewajibkan sunat pada pria.

Pada Mei 2012, Jerman memberlakukan larangan sunat pada anak karena dianggap membahayakan tubuh. Dikutip dari NBC News pada Sabtu 27 April 2024. Keputusan tersebut mengakibatkan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun gagal disunat dan mengakibatkan luka serius.

Larangan tersebut memicu protes dari komunitas Muslim dan Yahudi, yang menyerukan agar semua pria disunat.

Setelah protes dan banding, Bundestag Jerman akhirnya menyetujui undang-undang baru tersebut pada bulan Desember 2012.

Undang-undang membolehkan sunat pada laki-laki karena alasan agama jika dilakukan oleh dokter atau ahli sunat.

Hal ini merupakan langkah untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan anak dan kebebasan beragama.

Pada tahun 2018, Islandia berusaha menjadi negara Eropa pertama yang melarang sunat pada pria. Langkah ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pemimpin agama Yahudi dan Islam di Eropa, karena sunat adalah bagian penting dari ritual keagamaan mereka.

Sebuah rancangan undang-undang yang diusulkan di parlemen Islandia akan menghukum siapa pun yang menyunat anak laki-laki tanpa alasan medis dengan hukuman hingga enam tahun penjara.

Para pendukung larangan ini berpendapat bahwa sunat melanggar hak anak dan tidak sejalan dengan Konvensi PBB tentang Hak Anak, seperti dikutip The Guardian dan NBC News.

Namun para penentang larangan ini berpendapat bahwa sunat adalah bagian penting dari kebebasan beragama dan budaya. Mereka juga meragukan efektivitas larangan perlindungan anak.

Pada akhirnya, RUU tersebut tidak disetujui. Artinya, sunat tetap legal di Islandia, meski masih dianggap tidak biasa.

Bagi orang tua Muslim yang tinggal di Jepang, yang melaporkan banyaknya variasi makanan yang tersedia, mungkin sulit menemukan rumah sakit yang dapat melakukan sunat pada anak mereka.

Meski tidak dilarang oleh pemerintah, banyak rumah sakit/klinik di Jepang yang tidak menerima sunat karena alasan agama/budaya.

Oleh karena itu, hanya ada sedikit rekomendasi yang mengharuskan anak laki-laki Muslim untuk disunat sesegera mungkin, karena di negara-negara minoritas Muslim seperti Jepang, akan lebih sulit untuk meyakinkan anak-anak untuk disunat ketika mereka sudah besar, terutama jika mereka mayoritas bukan laki-laki. -Teman Muslim tidak. Jadi. .

Sunat tidak lazim di Tiongkok dibandingkan di negara lain. Di sini, sunat biasanya dilakukan sebagai prosedur medis untuk mengobati penyakit tertentu, bukan sebagai ritual budaya atau agama.

Menurut BMC Public Health, hanya 2,66 persen pria di Tiongkok yang disunat. Praktik sunat pada anak juga tidak umum, kecuali di kalangan minoritas Muslim, yang jumlahnya kurang dari 3 persen populasi Tiongkok.

Alasan jarangnya praktik sunat di Tiongkok masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa faktornya mungkin adalah tidak adanya tradisi sunat, mayoritas penduduknya adalah non-Muslim, dan sunat dapat membahayakan kesehatan atau kejantanan.

Meskipun sunat bukanlah hal yang umum, namun sunat masih tersedia sebagai pilihan medis di Tiongkok bagi mereka yang membutuhkannya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *