Mon. Sep 23rd, 2024

Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Pertemuan The Fed

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pasar saham Asia-Pasifik bervariasi pada Senin (10/6/2024) setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) lebih kuat dari perkiraan pada Jumat pekan lalu. Data ekonomi menunjukkan bahwa pertumbuhan perekrutan dan upah akan meningkat pada Mei 2024.

Dikutip CNBC, hal ini menambah narasi bahwa Federal Reserve (Fed) tidak perlu terburu-buru memangkas suku bunga. Pelaku pasar tidak memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memangkas suku bunga pada pertemuan minggu ini atau pertemuan berikutnya pada Juli 2024.

Minggu ini di Asia, investor akan mengamati angka produk domestik bruto kuartal pertama Jepang pada hari Senin minggu ini. Pasca keputusan suku bunga Bank of Japan pada hari Jumat pekan ini.

Sedangkan inflasi bulan Mei untuk China dan India akan dirilis pada hari Rabu pekan ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,19 persen pada awal perdagangan. Indeks Topix menguat sebesar 0,38 persen. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 1 persen dan indeks Kosdaq turun 0,5 persen. Sejumlah pasar saham Asia ditutup awal pekan ini, antara lain Australia, China, Hong Kong, dan Taiwan.

Di Wall Street, S&P 500 datar setelah mencapai rekor tertinggi intraday. Indeks Dow Jones turun 0,22 persen dan indeks Nasdaq turun 0,23 persen. Meski melemah, tiga indeks saham utama masih membukukan penguatan mingguan. Indeks Dow Jones menguat sebesar 0,29 persen, indeks S&P 500 sebesar 1,32 persen, dan indeks Nasdaq sebesar 2,38 persen.

Sebelumnya, bursa Asia Pasifik bergerak mixed pada perdagangan Jumat 7 Juni 2024. Hal ini terjadi ketika investor mengamati data ekonomi Tiongkok dan mencerna angka pengeluaran rumah tangga Jepang. Selain itu, pasar juga memperkirakan penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa.

Menurut CNBC, ekspor Tiongkok naik 7,6 persen di bulan Mei, dibandingkan dengan perkiraan 6 persen dalam jajak pendapat para ekonom Reuters, dan kenaikan lebih dari 1,5 persen di bulan April.

Impor naik 1,8 persen, mengalahkan ekspektasi 4,2 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,75 persen setelah data perdagangan tersebut. Indeks CSI 300 Tiongkok turun 0,50 persen menjadi 3.574,11. Ini menandai kerugian selama tiga hari berturut-turut.

Selain itu, Jepang merilis angka pengeluaran rumah tangga pada bulan April, yang merupakan indikator penting untuk menilai apakah periode kenaikan upah dan harga yang diharapkan oleh Bank of Japan telah berakhir.

Di sisi lain, rata-rata belanja konsumen bulanan per rumah tangga pada bulan April adalah 313.300 yen, yaitu 3,4% lebih tinggi secara nominal dan 0,5% secara riil. Ini merupakan peningkatan pertama dalam belanja rumah tangga riil sejak Februari 2023.

Upah bulan April adalah hal yang penting untuk diwaspadai, karena kenaikan upah biasanya mulai berlaku pada bulan ini, yang menandai dimulainya tahun fiskal bagi perusahaan-perusahaan Jepang.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,05 persen menjadi 38.683,93. Indeks Topix turun menjadi 2.755,03. Indeks Kospi di Korea Selatan meningkat 1,23 persen mencapai 2.722,67. Indeks Kosdaq meningkat 1,81 persen mencapai 866,18. Indeks ASX 200 Australia naik 0,49 persen.

Sebaliknya, rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (FR) kembali menjadi pusat perhatian para pelaku pasar. Hal ini menyusul data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang beragam dan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa dan Bank Kanada.

Sentimen ini membuat pelaku pasar menaruh harapan terhadap pertemuan The Fed. “Ini akan menjadi pertemuan penting karena kita menunggu titik rencana baru dengan ekspektasi The Fed terhadap kemajuan perekonomian AS dan arahnya,” ungkap riset Ashmore Asset Management Indonesia.

Berdasarkan data inflasi triwulan I, jika dilihat dari dot plot terlihat bahwa suku bunga hanya akan diturunkan sebanyak dua kali pada tahun 2024. Hal ini memberi The Fed tingkat fleksibilitas yang lebih besar dan menunjukkan kewaspadaan yang lebih besar di kalangan pejabat The Fed.

Hal ini mengingatkan kita pada Ketua Fed Jerome Powell yang secara konsisten menekankan pentingnya meningkatkan kepercayaan terhadap inflasi yang saat ini sedang menurun. Masih banyak informasi yang bisa dilihat sebelum The Fed mengambil keputusan. Data terbaru dari Bloomberg menunjukkan adanya ekspektasi yang lebih tinggi terhadap penurunan suku bunga.

“Jika demikian, penurunan penuh diperkirakan terjadi pada bulan November dan mungkin terjadi lagi pada bulan Desember,” katanya.

Selain itu, penurunan suku bunga hingga akhir tahun sebesar 49 basis poin, dibandingkan ekspektasi pekan lalu sebesar 34 basis poin.

Sementara itu, Ashmore melihat ketidakpastian global sebagai tema utama. “Kami merekomendasikan untuk terus melakukan diversifikasi ke reksa dana saham dan pendapatan tetap”

Pekan lalu IHSG melemah di level 6.898. Koreksi IHSG didorong oleh sektor infrastruktur dan bahan baku yang masing-masing menyumbang 4,27 persen.

 

 

Sentimen datang dari Amerika Serikat pada pekan lalu yang menunjukkan data tenaga kerja lebih rendah dari perkiraan. Namun, PMI Jasa ISM di Amerika Serikat naik menjadi 53,8 pada Mei 2024, tertinggi dalam sembilan bulan dan di atas ekspektasi sebesar 50,8. Di sisi lain, inflasi inti lebih rendah dari perkiraan.

“Ini membawa lebih banyak harapan untuk penurunan suku bunga,” katanya.

Selain itu, Reserve Bank of Canada juga memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada Juni 2024, sesuai perkiraan. Bank sentral Kanada juga telah mengindikasikan akan menurunkan suku bunga lagi jika tingkat inflasi menurun. Bank sentral Kanada yakin inflasi akan mencapai target.

Selain itu, Bank Sentral Eropa juga memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada Juni 2024, sesuai ekspektasi pelaku pasar. Hal ini setelah inflasi turun hingga lebih dari 2,5 persen sejak September 2023. Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,03 persen pada Mei 2024, yang pertama sejak Agustus 2023.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *