Mon. Sep 23rd, 2024

Mengejar Generasi Emas 2045, tapi Kok Ruang Bermain Anak Kian Terbatas?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Anak-anak merupakan pengambil keputusan masa depan negara, apalagi mengingat rencana Generasi Emas 2045. Upaya mereka tidak dapat dibatasi. Ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, salah satunya adalah hak anak untuk bermain.

Faktanya, ruang bermain anak semakin bertambah, terutama di luar ruangan. Hal ini menjadi indikasi bahwa permainan tersebut masih dianggap rendah minatnya pada anak-anak. Padahal, melalui bermain, anak bisa belajar banyak hal, termasuk tata krama dan sopan santun.

“Sesuai Konvensi Hak Anak PBB, bermain adalah hak anak. Itu yang terpenting karena kita bermain dan mengembangkan potensi yang ada pada anak kita,” kata Srihastuti Sulistyaningrum, Wakil Presiden Bidang Koordinasi. Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Remaja dalam Program CSR LEGO bersama SOS Children’s Village di Jakarta Timur di Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Kemenko PMK), Senin, 20 Mei 2024.

Selain menjadi bagian kegiatan yang menarik dan konsep pembelajaran yang ampuh, bermain bagi anak juga merupakan salah satu cara membangun modal sosial, lanjut Woro. Modal sosial adalah seperangkat nilai atau norma informasi yang dimiliki bersama di antara anggota suatu kelompok masyarakat atau jaringan sosial.

Dengan menciptakan tempat bermain yang nyaman bagi anak, maka keterikatan anak dengan lingkungan akan semakin kuat. Selain itu, taman bermain harus didukung dengan materi lain untuk memudahkan proses berpikir kritis, komunikasi dan pengembangan.

Ia juga mengatakan, pengurangan taman bermain untuk anak-anak patut menjadi perhatian. “(Sayangnya) tempat bermain untuk anak-anak sangat terbatas,” ujarnya.

Selain berbicara mengenai pentingnya olahraga, Woro juga mengingatkan bahwa peran berbagai kalangan dalam pendidikan anak sangat diperlukan. Berbagai kelompok di sini melaporkan bahwa hal ini tidak terbatas pada orang tua saja. Ada pekerja lain yang memberi warna dan nilai dalam kehidupan anak, seperti guru, pemuka agama, dan kelompok terkait anak lainnya.

“Dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak. Indonesia membutuhkan partisipasi semua pihak dalam tumbuh kembang anak-anaknya,” tegas Woro.

Kita juga membutuhkan peran pemerintah dalam pengembangan lembaga anak di Indonesia dan berpartisipasi dalam “pengangkatan” anak. Mereka harus diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang layak.

Woro mengatakan perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dihentikan. Ini bukan alasan bagi orang tua untuk memberikan sumber daya untuk membesarkan anak-anak mereka. “Anak-anak butuh koordinasi langsung,” kata Woro.

Dalam acara tersebut, SOS Children’s Villages Indonesia mengumumkan kemitraan dengan LEGO Group dalam sebuah proyek bertajuk “Learning by Doing”. Proyek ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya bermain dalam perkembangan anak-anak melalui dua kegiatan berkelanjutan untuk pendidik dan anak-anak, yaitu lokakarya dan latihan.

Pada tahun 1989, para pemimpin dunia membuat komitmen bersejarah terhadap anak-anak di dunia dengan mengadopsi Konvensi Universal Hak Anak (UNCRC), yang menjadi perjanjian internasional untuk anak-anak. Hingga saat ini, buku ini merupakan buku yang paling disetujui dalam sejarah dan telah membantu mengubah kehidupan anak-anak di seluruh dunia.

Seperti dikutip dari savethechildren.org.uk, sebuah organisasi nirlaba untuk anak-anak, UNCRC memiliki 54 artikel yang menguraikan hak-hak anak dan bagaimana pemerintah harus bekerja sama agar hak-hak tersebut tersedia bagi semua anak. Sesuai ketentuan konvensi, pemerintah negara-negara yang menandatangani konvensi ini, termasuk Indonesia, harus peduli terhadap kebutuhan anak dan membantu mereka mencapai potensi maksimalnya.

Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa setiap anak mempunyai hak asasi manusia yang mendasar. Hal ini mencakup hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan pembangunan; hak atas perlindungan dari penyalahgunaan, penyalahgunaan atau penelantaran; hak atas pendidikan yang memungkinkan anak mewujudkan potensinya; hak untuk diasuh oleh atau berhubungan dengan orang tuanya; dan hak untuk berekspresi dan didengarkan.

Olahraga merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Selain sebagai cara yang menyenangkan, permainan juga bisa menjadi kesempatan untuk mendidik anak. Laporan dari saluran matthewgenovesesongstudies.com. Permainan anak yang panas, menyenangkan, menghibur dan mendidik sangat penting untuk mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan, dan perkembangan sosial anak.

Salah satu permainan anak yang menyenangkan, menghibur dan mendidik adalah permainan puzzle. Permainan ini dapat membantu anak mengembangkan kemampuan logika dan pemecahan masalah. Dengan bermain matematika, anak juga bisa belajar tentang kesabaran dan ketelitian dalam memecahkan masalah. Ada banyak puzzle yang bisa Anda mainkan, mulai dari puzzle hingga puzzle yang bisa membantu anak mengembangkan kecerdasannya.

Permainan tradisional seperti kongclack, pantul, dan petak umpet sangat bagus untuk melatih keterampilan fisik dan sosial bayi. Tidak hanya menyenangkan dan mengasyikkan, tetapi juga mengajarkan anak nilai-nilai persatuan, kerja sama, dan kejujuran. Dengan memainkan permainan tradisional, anak dapat belajar pentingnya berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *