Mon. Sep 16th, 2024

Cegah Inflasi, Plt Sekjen Kemendagri Minta Kenaikan Insidentil Komoditas Rutin Dicek

matthewgenovesesongstudies.com, Pengendalian rutin Jakarta terhadap berbagai bahan baku yang terkadang mengalami peningkatan dinilai perlu dilakukan oleh semua pihak, terutama pemerintah daerah. Hal itu dilakukan untuk mencegah inflasi.

Untuk itu, Plt Direktur Kementerian Dalam Negeri Tawhidi Tohhir meminta pemerintah setempat melakukan sidak harian.

“Ini pekerjaan teman-teman di daerah yang harganya naik, apa yang terjadi, kenapa hanya naik, bukan tetangga. Katanya di Rakorda Pengendalian Inflasi, “Setiap hari harus kita kendalikan. Mari kita bekerja keras,” ujarnya dari gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kementerian Dalam Negeri di Jakarta.

Tomsey pun mencontohkan pertambahan waktu yang terjadi. Dijelaskannya, di Kabupaten Beniwasin, Sumsel, harga cabai merah, cabai merah, dan produk beras mengalami kenaikan, sedangkan di daerah lain sekitar Baniwasin seperti Kabupaten Musa Baniwasin dan Kota Palambang tidak mengalami kenaikan harga

Ia mengatakan, Berdasarkan informasi tersebut, selain pengendalian harga, Kabupaten Banyusin harus bekerja sama erat dengan pemerintah daerah (Pemda) setempat untuk mencegah inflasi.

“Oleh karena itu, perlu dikaji apakah peningkatan tersebut disebabkan oleh situasi di tingkat lokal atau hanya karena ketidaksengajaan. Itu yang disebut peningkatan yang tidak disengaja di beberapa kabupaten,” jelas Tomsi.

Sekadar informasi, kenaikan episodik terjadi ketika suatu komoditas tertentu mengalami kenaikan harga di suatu daerah, sedangkan daerah lain di sekitarnya tidak mengalami kenaikan harga.

Tomsi juga berpendapat, pemeriksaan rutin harus dilakukan pada daerah dengan tingkat pertumbuhan (IPH) yang tinggi. Ia juga mengidentifikasi 10 daerah dengan IPH tinggi pada minggu kedua Agustus 2024.

“Pemerintah daerah tersebut antara lain Kabupaten Bone Bolango (3,76%), Simbawa Barat (3,17%), Lamongan (2,76%), Bank Sentral (2,27%), Dayai (2,21%), Beniwasin (1,91%), Pringsuo (1,82%) , Telok Wondama (1,82%), Keerom (1,81%) dan Lumajang (1,81%),” ujarnya.

“Saya ingin sampaikan, di kabupaten tetangga, dari Bone hingga Lomajang, tetangganya tidak bangkit, tapi dia pergi begitu saja,” tambah Thomsi.

 

(*)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *