Sun. Sep 8th, 2024

Demam Berdarah Dengue Mengganas, Kemenkes RI Gelar International Arbovirus Summit 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Konferensi Internasional Arbovirus 2024 resmi digelar di Kura Kura Bali. Pertemuan yang diprakarsai Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil ini juga didukung oleh Innovative Medicines PT Takeda.

Acara ini bertujuan untuk memerangi penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang mulai menjadi perhatian di seluruh dunia, terutama infeksi demam berdarah yang meningkat secara eksponensial di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah dalam beberapa waktu terakhir.

Diadakan di Universitas GISAID di kampus United in Diversity (UID) di Bali, acara ini berfungsi sebagai platform penting untuk memajukan strategi pengendalian penyakit arbovirus, mengeksplorasi pengembangan vaksin baru, dan menerapkan pengawasan genom di seluruh dunia untuk memantau efektivitas intervensi dan pencegahan epidemi.

Dr. Nikki Kitikiti, Vaccine Strategy, Takeda Pharmaceuticals International menyoroti komitmen Takeda dalam memerangi demam berdarah dengue (DBD) di seluruh dunia, sebagai mitra jangka panjang melalui penggunaan keahlian di bidang pengembangan vaksin dan obat-obatan baru.

“Demam berdarah merupakan beban serius bagi keluarga, sistem kesehatan, dan perekonomian. Mengingat demam dapat merugikan semua orang, tanpa diskriminasi, maka untuk mengatasi demam berdarah memerlukan pendekatan gabungan dan kemitraan yang kuat,” ujarnya.

Oleh karena itu, Takeda berkenan untuk berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Arbovirus 2024, dan mendukung pemerintah dalam mengembangkan strategi pengendalian penyakit arbovirus, termasuk demam berdarah.

Melalui inisiatif ini, Takeda berharap apa yang dilakukannya dapat membuka jalan untuk mencapai tujuan WHO yaitu ‘nol kematian akibat demam berdarah’ pada tahun 2030.

 

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan berbagai pihak perlu menyusun strategi untuk mengatasi masalah Arbovirosis, dan lebih terbuka terhadap potensi cara yang bisa diambil.

“International Arbovirus Summit Indonesia 2024 merupakan implementasi kerja sama internasional untuk membantu negara-negara mempersiapkan, mencegah, dan menangani Arbovirus. Setidaknya ada lima hal yang menjadi fokus dalam pengobatan penyakit menular seperti arbovirosis,” ujarnya. 

Pertama, pendidikan dan pelatihan bagi semua orang tentang cara mencegah penyakit menular. Melalui pendidikan dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah kemajuan.

Yang kedua, yang juga penting, adalah vektor kendali. Yang ketiga adalah pengawasan atau pengawasan yang kuat. Keempat adalah vaksinasi, dan kelima adalah terapi atau pengobatan jika ada yang tertular.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga minggu 14 April 2024 saja, tercatat kasus demam berdarah di Indonesia mencapai 60.296 kasus, termasuk 455 kematian.

Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan minggu ke-17 tahun sebelumnya (2023) yaitu 28.579 kasus dengan 209 kematian.

Di sisi lain, Dr. Ida Safitri Laksanawati, SpA(K), Dokter Spesialis Anak dari Universitas Gajah Mada (UGM), mengatakan pemberian vaksin untuk mencegah demam berdarah bisa menjadi solusi untuk memberikan perlindungan maksimal bagi keluarga di Indonesia.

“Vaksin demam berdarah telah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016. Vaksin yang tersedia di Indonesia dapat diberikan pada kelompok usia 6-45 tahun. Vaksin demam berdarah telah melalui proses penelitian dan pengembangan sedemikian rupa, dan mendapat masukan dari dinas kesehatan terkait. otoritas seperti BPOM dengan hasil yang menunjukkan profil khasiat dan keamanan yang dapat diterima pada rentang usia tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan pemerintah mempunyai peran penting dalam melakukan pendekatan terhadap implementasi vaksin dan kebijakan kesehatan masyarakat, terutama untuk mengatasi tantangan seperti demam berdarah.

“Menurut saya, sangat penting untuk memprioritaskan vaksin berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat, beban penyakit, dan sumber daya yang tersedia. Kita punya Program Vaksinasi Nasional di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, keputusan untuk memasukkan vaksin baru ke dalam Program Imunisasi Nasional harus didasarkan pada bukti ilmiah, analisis efektivitas biaya, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan utama.

Agar vaksin menjadi lebih efektif, penting untuk menargetkan kelompok berisiko tinggi dan wilayah dimana penyakit ini umum terjadi.

Penting juga untuk melibatkan masyarakat secara efektif. Perawatan dan pemantauan pasca vaksinasi penting untuk menilai efektivitas vaksin, memantau efek samping, dan melacak tren penyakit, sehingga masalah apa pun dapat diatasi dengan cepat melalui penggunaan teknik inovatif, seperti: wolbachia, juga penting,” katanya.

Sebagai anggota parlemen, lanjutnya, ia mengawasi program-program tersebut untuk memastikan program tersebut transparan, efisien dan konsisten dengan kebutuhan kesehatan masyarakat.

Dengan melibatkan pemangku kepentingan dan meningkatkan kesadaran masyarakat, mendorong kerja sama dan memberdayakan masyarakat untuk mengambil langkah proaktif dalam memerangi demam berdarah.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *