Sun. Sep 8th, 2024

Insiden Turbulensi Singapore Airlines Timbulkan Pertanyaan Keamanan Ketika Penumpang Pergi ke Toilet

matthewgenovesesongstudies.com, JAARTA – Penerbangan Singapore Airlines dari London menuju Singapura mengalami kecelakaan parah pada April lalu yang menewaskan satu penumpang dan melukai beberapa lainnya. Situasi seperti ini menimbulkan pertanyaan bagaimana cara aman jika terjadi kecelakaan dan penumpang tidak berada di tempat duduknya, misalnya saat ke kamar mandi.

ABC, dikutip Senin (10/6/2024) Kamar mandi pesawat menjadi salah satu intervensi di masa krisis. Meskipun kita berhati-hati untuk tetap duduk di kursi, bagaimana jika kita harus ke kamar mandi?

Ada beberapa tindakan yang berada di bawah kendali penumpang, namun ini juga menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh regulator penerbangan. Hanya beberapa hari setelah kecelakaan Singapore Airlines di Myanmar, penerbangan Qatar Airways dari Doha ke Dublin terlibat dalam insiden serupa.

Beberapa pakar penerbangan memperkirakan bahwa insiden Singapore Airlines akan menyebabkan perubahan desain pesawat penumpang di masa depan, bahkan mungkin mengubah peraturan seputar kursi. Memastikan keselamatan mencakup aturan yang ditetapkan oleh pengontrol, aturan maskapai penerbangan, dan perilaku penumpang itu sendiri.

Brett Molesworth, pakar faktor manusia dan keselamatan penerbangan di Universitas New South Wales, mengatakan ada kemungkinan untuk merekonstruksi area pesawat yang terkena dampak.

“Jadi kita tahu yang terkena dampaknya adalah kepala badan, lalu atap toilet, sehingga bisa menggunakan bahan yang mengurangi kerusakan pada kasus tersebut,” ujarnya.

Dalam update terbarunya, Singapore Airlines mengatakan 10 dari 20 penumpang dan awaknya masih menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Bangkok. Sementara kondisi Qatar Airways tidak terlalu parah, namun delapan penumpang dan awak saat ini dirawat.

 

Hampir 16 tahun yang lalu, Caroline Southcott pergi ke kamar mandi dalam penerbangan dari Singapura ke Perth, namun ketika dia kembali ke tempat duduknya, dia mengalami cedera serius yang terus mempengaruhinya hingga hari ini.

Caroline mengatakan masih ada sepotong kecil plastik yang menempel di dahinya, mengingatkan tubuhnya akan luka parah yang dideritanya saat kepalanya terkena puing-puing yang tertiup angin.

Caroline dan suaminya Bruce Knts berada di dalam pesawat Penerbangan 72, yang jatuh di Samudera Hindia pada Oktober 2008. Bukan reaksi langsung yang membuat Caroline terlempar ke dalam kabin. Penyelidik akhirnya menemukan Airbus A330-303 melakukan perjalanan dalam dua kali penyelaman karena kesalahan tersebut memberikan informasi yang salah ke komputer kontrol penerbangan.

Awak kabin telah selesai makan siangnya. Saat itu pukul 12.40 waktu setempat dan para penumpang sudah bersiap untuk naik kapal dan pulang ke Perth. Caroline ingat ketika dia selesai makan, dia melihat sofa itu kosong, dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

“Saya ke kamar mandi, jadi pas keluar, saya baru ingat seperti ada sesuatu yang memukul kepala saya dan saya pingsan,” ujarnya.

Dalam dua detik, Penerbangan QF72 melompat lebih dari 45 meter. Penumpang dan awak pesawat dilempar ke sekitar kabin dan petugas membuka kursi menggunakan lampu merah. Pilot mendapatkan kembali kendali tetapi setelah beberapa menit pesawatnya melompat lagi.

 

“Bagian atas menghantam bagian belakang kepala saya dua kali, dan yang ketiga kalinya saya pikir kaki saya terlepas,” kata Carolyn. Ia mengira saat itu kepalanya bisa masuk ke bagian atas pesawat.

Caroline mengatakan dia berdiri di lantai pesawat. “Pada saat itu saya pikir punggung saya akan patah,” katanya.

“Saya tidak bisa menggerakkan kaki saya atau apa pun saat itu dan pergelangan kaki saya patah, tulang rusuk saya patah, dan wajah saya terluka.”

Lebih dari 100 penumpang dan awak terluka dan kaptennya dipanggil hari ini dan dipindahkan ke pangkalan militer di kota terpencil Learmonth, Australia Barat. Caroline berjuang untuk bertahan hidup dan melakukan segala daya untuk memberinya kesempatan untuk berjalan lagi suatu hari nanti.

Peristiwa itu terjadi dua tahun lalu, namun Caroline masih belum pulih dari dampak badai. Dia cacat dan dilaporkan lumpuh pada bagian bawah tubuhnya dan tidak bisa berjalan. Caroline baru dua kali naik pesawat sejak kecelakaan itu, dan mengaku tidak pernah melepas tempat duduknya, apalagi ke kamar mandi.

Faktanya, insiden penumpang yang terbentur dek atas saat turbulensi kembali terjadi tahun ini pada penerbangan Singapore Airlines. Diposting laman BBC, Selasa 21 Mei 2024, seorang warga negara Inggris bernama Andrew Davies menggambarkan beberapa “jeritan keras dan terdengar seperti kebisingan” dalam beberapa menit pertama situasi tersebut.

“Hal yang paling saya ingat adalah melihat benda-benda beterbangan di udara. Saya mabuk kopi. Stresnya parah,” ujarnya kepada BBC Radio 5 Live.

Penumpang lain juga menceritakan kisah serupa. Zafran Azmir, seorang pelajar berusia 28 tahun, berkata, “Saya mulai bersiap menghadapi apa yang terjadi, dan tiba-tiba terjadi terjatuh, yang membuat semua orang yang duduk dan tidak memakai tempat duduk langsung jatuh ke atap,” kata safran Azmir. , seorang siswa berusia 28 tahun.

“Ada yang kepalanya terbentur bagian atas bagasi dan penyok, kena lampu dan masker, lalu langsung terjatuh,” imbuhnya.

Boeing 777-300ER tujuan Singapura dialihkan ke Bangkok, dan melakukan pendaratan darurat pada pukul 15.45 waktu setempat, sebelum korban dibawa ke rumah sakit.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *