Sun. Sep 8th, 2024

Jangan Paksa Si Kecil, Ini 7 Tips Menghadapi Anak Picky Eater

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Picky eater atau pemakan pilih-pilih biasanya dimulai sejak usia muda. Dari tidak ingin makan sayur-sayuran hingga lebih memilih makan makaroni dan keju.

“Kebiasaan pilih-pilih makan ini dimulai sejak usia 2 atau 3 tahun,” kata ahli diet terdaftar Jennifer Hyland, RD, CSP, LD.

Pada masa kanak-kanak, anak biasanya merupakan pemakan besar yang suka bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru.

Hyland menyarankan para orang tua untuk tidak mudah menyerah dalam mencoba meyakinkan para picky eater untuk mengonsumsi berbagai makanan yang kaya akan buah-buahan dan sayuran segar.

“Penting untuk terus memperkenalkan makanan baru kepada anak seiring berjalannya waktu agar mereka mau mencobanya,” kata Hyland.

Ada banyak perilaku berbeda yang terkait dengan pilih-pilih makan. Bagi kebanyakan anak, pilih-pilih makan tidak akan hilang dengan sendirinya kecuali orang tua benar-benar berusaha mengatasinya.

Berikut beberapa tips mengatasi picky eater atau anak picky eater, dilansir Cleveland Clinic pada Rabu, 3 Juli 2024. 1. Jangan memaksa mereka.

Jika anak Anda mengatakan dia tidak lapar, jangan memaksanya untuk makan atau menghabiskan piringnya.

Melakukan hal ini dapat menyebabkan anak Anda mengasosiasikan makanan dengan kecemasan dan depresi.

“Memaksa mereka makan dapat membuat anak tidak mempercayai nafsu makannya sendiri dan merasa tidak bisa mengendalikan nafsu makannya sendiri,” Hyland memperingatkan.

Ini menjadi membingungkan seiring bertambahnya usia. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa memaksakan makanan membuat anak menjadi kurang disukai.

 

Pastikan Anda menyediakan makanan dan camilan pada waktu yang sama setiap harinya. Sediakan tiga kali makan utama dan dua kali camilan per hari. Ini akan membantu Anda membangun rutinitas.

Perhatikan jenis jajanan yang ditawarkan, misalnya irisan apel sangat cocok, namun cookies sebaiknya jangan terlalu sering diutamakan. Mengonsumsi jajanan yang tidak sehat dapat menurunkan nafsu makannya.

“Anak-anak menyukai rutinitas. Tugas orang tua adalah memutuskan apa yang harus disajikan dan kapan harus disajikan,” kata Hyland. 3. Mulailah dengan bagian-bagian kecil

Makanan baru dalam porsi besar bisa membuat anak kewalahan. Lebih baik menyiapkan porsi makanan yang tidak Anda sukai daripada menyajikannya sendok demi sendok.

Awalnya, anak-anak mungkin tidak menyentuh makanan tersebut, namun seiring berjalannya waktu, paparan mereka yang terus menerus terhadap makanan tersebut seringkali membuat mereka penasaran.

“Porsi besar bisa jadi menakutkan bagi anak-anak. Mulailah dengan porsi kecil dan tingkatkan porsinya seiring waktu,” kata Hyland.

 

Saat menyiapkan makanan, cobalah memikirkan penyajiannya, seperti memotong makanan menjadi bentuk yang menarik.

“Jika anak-anak tidak menyukai makanan yang mereka sajikan, saya bertanya apa yang bisa ditambahkan agar lebih menarik. Terkadang sesederhana itu,” kata Hyland. 5. Masak satu kali makan untuk seluruh anggota keluarga

Saat makan, ada baiknya untuk menaruh setidaknya satu kali makan di piring yang Anda tahu akan dimakan oleh anak Anda. Namun, berhati-hatilah untuk menyajikan makanan yang sama kepada semua orang di meja makan.

“Berusahalah sebaik mungkin untuk memasak satu kali makan untuk seluruh keluarga. “Anak Anda mungkin tidak memakan semuanya, tapi penting bagi Anda untuk menyajikannya,” saran Hyland.

 

Saat berbelanja, ajak anak memilih buah dan sayur. Buat mereka merasa memiliki kendali atas situasi. Hal ini berdampak positif pada apakah mereka mencobanya pada waktu makan.

Anda juga bisa meminta anak Anda untuk membantu mencuci sayuran dan menata meja.

“Ketika anak-anak membuat sesuatu sendiri, mereka akan lebih merasa memiliki dan bangga mencoba kreasi mereka,” jelas Hyland.

Terkadang berhasil, terkadang tidak; Namun ketika Anda melibatkan anak-anak, mereka pada akhirnya akan mencobanya. 7. Batasi gangguan saat makan

Meski anak suka makan sambil mendengarkan televisi atau gadget, namun hal ini dapat membuat mereka tidak bisa fokus pada makanannya.

“Saya tidak ingin anak-anak fokus pada makanan, tapi saya ingin mereka fokus pada waktu bersama keluarga dan percakapan,” kata Hyland.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *