Fri. Sep 20th, 2024

Jokowi Buka-bukaan soal Swasembada Pangan, Mengapa Sulit Terwujud?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menilai upaya pemerintah mencapai swasembada pangan merupakan proses yang panjang karena menghadapi tantangan iklim dan perubahan iklim.

Presiden Jokowi dikutip Antara, Jumat (5/7/2024) mengatakan: “Prosesnya panjang, swasembada pangan. Bukan hanya itu, kadang bagus, malah turun lagi karena cuaca tidak bisa diprediksi”).

Presiden menjelaskan, Indonesia sudah mencapai tingkat swasembada pangan.

Menurut Presiden, ketika produksi pertanian meningkat, justru menurun lagi akibat fenomena cuaca seperti El Nino dan La Nina.

Presiden mengatakan, cuaca berdampak besar terhadap produktivitas pertanian tidak hanya di Indonesia, tapi di seluruh negara di dunia.

Presiden berkata: “Saya pikir iklim benar-benar mempengaruhi produktivitas di semua negara, dan dalam dua tahun terakhir, negara-negara yang biasanya menghasilkan surplus juga mengalami penurunan tajam.”

Menteri Pertanian Andi Imran Sulaiman pada kesempatan sebelumnya mengatakan pemerintah bertujuan untuk mencapai swasembada pangan dan penyimpanan pangan global dengan cepat.

Untuk itu, fokus pekerjaan yang sedang dilakukan adalah pemasangan pompa, stempel sawah, dan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern.

Katanya: “Kita merdeka pada tahun 2017, 2019, dan 2020. Dan apa yang kita lakukan adalah hasil kebijakan dan kerja sama bersama. Oleh karena itu sejak awal saya masuk kabinet, tekad saya mutlak untuk merdeka.” .

Kini, kata Mentan, para petani tidak perlu khawatir karena pertanian tetap menjadi fokus Presiden Jokowi dan calon Presiden Prabowo Subianto, termasuk peningkatan alokasi pupuk hingga 100 persen dan partisipasi TNI dalam pemasangan pompa.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Imran Suleiman memaksimalkan pemanfaatan teknologi di sektor pertanian sebagai salah satu kunci utama pencapaian swasembada pangan di Indonesia.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara pada kursus pelatihan (kohort) manajemen strategis dan kepemimpinan di gedung Kementerian Pertahanan pekan ini.

Imran menyatakan: Menggunakan konsep pertanian modern dapat menekan biaya produksi hingga 50%. Bahkan diyakini mampu meningkatkan produksi hingga 100%.

Imran dalam keterangannya mengatakan: “Kita sedang membangun pertanian modern ini. Apa tujuannya? Pengurangan biaya produksi 50 persen, peningkatan produksi 100 persen.”

Modernisasi pertanian diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk menjadi petani. Kedepannya seluruh kegiatan pertanian mulai dari pemupukan, penanaman hingga panen tidak lagi dilakukan secara manual sehingga lebih efektif dan efisien.

Lanjut Imran menjelaskan: “Ini bisa jadi tombol agar generasi muda mau masuk. Kenapa? Karena pakai digitalisasi, literasi digital. Kita pakai ini, kita ubah.”

Selain itu, Amran juga berupaya membuat klaster penyimpanan pangan di setiap wilayah yang menggunakan teknologi setara dari negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Nanti kita buat klaster 10.000 hektare di Jatim, Jateng, Jabar, tidak ada yang pakai manual. Jadi konversi dari manual ke modern. Semua pakai teknologi, dan untuk klaster itu dengan Jepang, Amerika sama, Imran menyimpulkan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *