Sun. Sep 8th, 2024

Kisah Indra Gunawan, Guru Viral yang Kerap Pakai Baju Unik Karya Siswa SMK Tata Busana

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Seorang guru menjadi pemberitaan setelah berkali-kali mengunggah konten tentang dirinya yang mengenakan pakaian berbeda buatan muridnya. Salah satu video yang diunggah akun Tiktok @alalindra pada Rabu 22 Mei 2024 sudah ditonton 486 ribu kali. Gaun tersebut menuai pujian dari warganet. 

Dalam Tim Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com, Sabtu 25 Mei 2024, tertera nama guru Indra Gunawan (48), asal Belitung yang sedang belajar fashion design selama 13 tahun di SMKN 1 Pandak Bantul. Ia mengatakan bahwa industri pakaian di sekolah yang ia ajar merupakan karir yang paling diminati di kalangan siswa.

“SMKN 1 Pandak merupakan SMK yang fokus pada bidang pertanian dan peternakan, namun beberapa tahun lalu didirikan workshop karena menurunnya minat anak-anak untuk terjun di industri pertanian dan peternakan, setelah dibuka banyak orang yang masuk. industri tekstil,” jelas Indra.

Setiap anak biasanya membuat satu gaun selama empat pertemuan kelas. Kalau sudah jadi, gaun itu tidak masuk koleksi, tapi selalu terjual.

“Kami punya galeri. Kalau ada expo, kami juga ikut serta dan menjual baju ke masyarakat,” ujarnya. Biasanya baju ini dibanderol dengan harga Rp 50 ribu, Rp 75 ribu, hingga yang termahal biasanya Rp 300 ribu, ujarnya.

Kecintaan Indra terhadap alam sudah terpupuk sejak masa mudanya. Alumni Jurusan Desain Mode Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini bekerja sebagai asisten desainer di Yogyakarta sambil kuliah. Ia kemudian bekerja sebagai pegawai toko pakaian di sebuah perusahaan konsultan fashion setelah lulus kuliah.

“Jadi ada yang beli baju, dan saya sebagai pramusaji juga ada yang ngomong soal warna, desain mana yang cocok dengan badan dan jenis kulit,” jelas Indra tentang karyanya. 

Pada tahun 2008, Indra mendirikan perusahaannya sendiri bernama Alalea Mode. Ia mengaku terinspirasi membuka usaha setelah banyak orang yang meminta nasihatnya bahkan memintanya untuk menjahit pakaian mereka. Pada awalnya tempat kerjanya tidak dapat diterima. Namun karena banyaknya permintaan dan pelanggan yang tidak mau membeli jika tidak dijahit, Indra diperbolehkan bekerja selagi masih ada jahitan.

Seiring dengan semakin banyaknya pesanan dari pelanggan, Indra pun sibuk menjahit sendiri. Dia meminta teman-temannya untuk membantunya menjahit. Penjahitan Indra dimulai dari sebuah bangunan tempat tinggal dan lama kelamaan berkembang menjadi bangunan yang ideal.

Sekitar tiga tahun kemudian, ia mengikuti ujian CPNS dan diterima menjadi guru di SMKN 1 Pandak. Kecintaannya terhadap dunia fashion bisa disalurkan untuk mengajar mahasiswa. 

Di luar kelas, siswa mempunyai kesempatan bekerja di bengkel menjahit. Menerima siswa perancang busana dari sekolah lain, seperti Dlingo, Sewon, Wonosari dan Iepara. Pada saat yang sama, satu atau dua sekolah melatih bidang profesionalnya, dan masing-masing sekolah mengirimkan tiga atau empat anak untuk dilatih.

“Anak-anak membuat baju dengan kata-kata yang saya ajarkan. Pekerjaan yang saya lakukan untuk Street Mode sebagian besar adalah membuat atau mendaur ulang potongan-potongan selimut. Melepaskan pakaian yang tidak layak pakai, membuat pakaian baru dilepas dan ditata ulang,” jelasnya.

Salah satu prestasi terbaiknya adalah menampilkan desain karya anak didiknya di Jogja Fashion Week 2023. Kolaborasi murid-muridnya di Street Mode menghasilkan delapan koleksi dan Fashion Design karya siswa SMKN 1 Pandak.

“Sulam mozaik biasanya dilakukan oleh anak-anak sekolah Pandak, sedangkan bordir dan desainnya dilakukan oleh anak-anak pelajar di Alalea,” ujarnya.

Indra mengatakan, fokusnya saat ini bukan pada pengembangan bisnis melainkan pada pendidikan mahasiswa. Ruang kantornya dijadikan ‘laboratorium’ pengembangan ide, inovasi, dan praktik Indra. Saat tidak ada pekerjaan, kata Indra, ia berbincang sederhana dengan rekan-rekannya atau memulai pekerjaan baru tentang metode dan aktivitas sampah.

Pembahasan dalam diskusi ini adalah tentang penyelesaian permasalahan industri manufaktur, seperti permasalahan penyelesaian limbah quilt, dari besar hingga kecil. Ia menyatakan minatnya terhadap keberlanjutan, khususnya dalam pengelolaan limbah tekstil.

Ia mengaku khawatir melihat kondisi disekitarnya yang banyak terdapat pakaian yang tidak layak pakai dan hasil kegiatan siswa yang menumpuk di perpustakaan. “Kalau mau dibuang sayang sekali, tapi kalau dihamburkan juga berdampak pada kelestarian atmosfer. Menguntungkan,” ujarnya.

Dalam pengolahan limbahnya, Indra memadukan tekstil sesuai jenis bahannya, asli, baju asli, baju bekas, atau baju baru yang kualitasnya buruk. Bahan tekstil gabungan tersebut akan dijadikan produk baru.

“Di situlah tugas saya mencari dan meneliti bagaimana cara menyempurnakan produk tersebut,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *