matthewgenovesesongstudies.com, Beijing – Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi mengunjungi China pada Jumat (23/8/2024), dimana pertemuan kelima Komite Gabungan Kerja Sama Bilateral (JCBC) berlangsung pada hari yang sama di Beijing. .
Pertemuan yang dipimpin Menlu Retno dan Menlu China Wang Yi membahas banyak hal, termasuk pembukaan Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Chengdu.
“Tiongkok merupakan salah satu mitra penting Indonesia, termasuk di bidang perekonomian. Kedua belah pihak terus membangun rasa saling percaya dan memperkuat hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan penghormatan terhadap multilateralisme dan hukum internasional,” kata Menlu Retno dalam keterangan tertulis yang dikutip Antara. Sabtu. . (24/8).
“Tahun depan, kedua negara akan memperingati 75 tahun hubungan diplomatik, dan kami sepakat untuk membahas kegiatan spesifik yang dapat dilakukan bersama, yang tentunya akan menguntungkan kedua negara.”
Menlu Retno menjelaskan Konferensi Asia Afrika akan berusia 70 tahun pada tahun depan.
“Menteri Luar Negeri Wang Yi menyampaikan semangat Bandung masih sangat relevan hingga saat ini,” kata Menlu Retno.
Hal lain yang dibahas dalam pertemuan Menlu Retno dan Menlu Wang Yi adalah pentingnya memperkuat kerja sama antar negara berkembang atau seringkali negara-negara global selatan.
“Kedua belah pihak siap menjalin kerja sama tripartit antara Indonesia dan Tiongkok dengan negara lain atau pihak ketiga, termasuk negara-negara Afrika,” kata Menlu Retno.
Kedua negara juga sepakat untuk membentuk forum 2+2 antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Negara. Pertemuan tingkat pejabat senior telah dilakukan dan kita sepakat bahwa pertemuan tingkat menteri akan diadakan tahun depan. Keputusan pembukaan KJRI di Chengdu merupakan cerminan komitmen untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral, dan Indonesia meminta dukungan pemerintah Tiongkok dalam proses pembukaan KJRI di Chengdu.
Menurut Menlu Retno, hubungan perdagangan Indonesia dan Tiongkok berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir. Menurut data bea cukai Tiongkok, angka perdagangan mencapai US$63,66 miliar pada tahun 2014, dan Indonesia mengalami defisit sebesar US$14,48 miliar pada saat itu.
Pada tahun 2023, angka perdagangan mencapai USD 139,26 miliar, dan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 8,88 miliar.
Dari segi investasi, data BKPM menunjukkan bahwa investasi Tiongkok di Indonesia mencapai $800 juta pada tahun 2014 dan akan mencapai $7,43 miliar pada tahun 2023.
“Pada pertemuan kita, kita membahas antara lain tentang penguatan kerja sama antara industri manufaktur dan energi hijau. Di sini saya tekankan pentingnya kerja sama yang berkualitas dalam penerapan ESG, yang sejalan dengan standar internasional, termasuk PBB yaitu PBB. Prinsip Panduan Bisnis dan Hak Asasi Manusia” jelas Menteri Luar Negeri Retno.
“Kami juga sepakat untuk memperkuat kerja sama antara penjaga pantai kedua negara dan investasi kendaraan listrik Tiongkok di Indonesia untuk mendukung pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik (EV).”
Menlu Retno menyampaikan: “Guna meningkatkan ekspor Indonesia ke Tiongkok, Indonesia meminta perundingan protokol ekspor durian dan kelapa beku segera diselesaikan. Kami yakin jika protokol tersebut dinegosiasikan akan mampu meningkatkan perdagangan. antara kedua negara.”
Selain itu, Menlu Retno dan Menlu Wang Yi sepakat untuk meningkatkan konektivitas dan pertukaran pelajar, setidaknya mengembalikannya ke level sebelum Covid-19.
Menlu Retno dan Menlu Wang Yi membahas isu-isu regional dan global selain isu bilateral.
Terkait isu Palestina, saya mengapresiasi disetujuinya Deklarasi Beijing yang merupakan langkah maju untuk mendorong rekonsiliasi dan persatuan Palestina. Persatuan antar faksi Palestina sangat penting dalam perjuangan rakyat Palestina. Indonesia dan Tiongkok mempunyai posisi yang sama dalam hal ini. pentingnya mencapai gencatan senjata, akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, dan terciptanya solusi dua negara,” kata Menlu Retno.
Terkait Myanmar, Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia mengapresiasi dukungan Tiongkok terhadap peran sentral ASEAN dalam mendorong proses perdamaian.
“Saya menekankan pentingnya penerapan 5 Poin Konsensus yang menjadi acuan utama upaya membantu Myanmar kembali ke keadaan damai dan demokratis.”
Menlu Retno menutup pernyataannya dengan mengatakan, “Saya dan Menlu Wang Yi juga sepakat bahwa berbagai upaya yang dilakukan pihak lain untuk membantu Myanmar sebaiknya dilakukan melalui kerja sama dengan ASEAN.” Saya dan Menlu Wang Yi pun menyetujuinya. untuk meningkatkan kerja sama Myanmar untuk menyelesaikan masalah perdagangan manusia (TIP) yang menjadi perhatian kawasan.”