Mon. Sep 23rd, 2024

Rupiah Loyo ke 16.000 per Dolar AS, Pengusaha Bakal Kurangi Produksi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai 16.000 per dolar AS. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan beban produksi pada pengusaha akan meningkat.

CEO Apindo Shinta Kamdani mengatakan industri manufaktur Indonesia, misalnya, sangat bergantung pada bahan baku impor. Melemahnya rupee dianggap overvalued.

“Bahkan 70 persen dari total impor dalam negeri adalah bahan baku/bahan penolong industri. Akan meningkat 80 persen jika ditambah impor barang modal. Jadi dampak overhead pada usaha manufaktur sangat berat,” kata Shinta saat menangani -Hubungi matthewgenovesesongstudies.com, Rabu (17/4/2024).

Ia memperkirakan dampak negatif ini akan dirasakan oleh seluruh subsektor produksi tanpa terkecuali. Sebab, seluruh industri manufaktur nasional pada umumnya perlu mengimpor bahan baku atau bahan penolong dan mengimpor barang modal. Pembuatan cetak

Shinta memperkirakan banyak pabrik yang akan berupaya mengurangi produksi untuk mengimbangi beban biaya seiring perubahan nilai tukar rupee.

“Kami memperkirakan kekurangan terbesar ada pada sisi pasokan/produksi. Kami memperkirakan akan ada beberapa sektor manufaktur yang akan mengurangi volume produksi karena kenaikan biaya overhead akibat melemahnya nilai tukar,” tambahnya. dia menjelaskan.

Hal ini dikatakannya karena tidak semua pelaku industri manufaktur mampu menanggung tingginya kenaikan biaya overhead akibat melemahnya rupee.

“Baru tahun lalu kita melihat beberapa industri secara sukarela menghentikan produksinya untuk sementara karena bahan baku impor lebih mahal akibat melemahnya rupee,” tutupnya.

Seperti disebutkan sebelumnya, rupee melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 16.000. Hal ini konon bisa berdampak pada harga jual barang di dalam negeri.

Khususnya untuk barang yang diimpor dari negara lain. Produk yang dibuat di pasar dalam negeri dari bahan baku impor juga disebut tidak kebal terhadap kenaikan biaya produksi yang berdampak pada harga akhir.

“Ada kemungkinan harga jual di pasar naik jika perlambatan ini berlangsung lebih dari 1 bulan,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani kepada matthewgenovesesongstudies.com, Selasa (16/4/2024). ).

Ia percaya bahwa inflasi harga pasar juga dapat meningkat sebagai dampaknya. Pada saat yang sama, diperkirakan akan terjadi perlambatan pertumbuhan penjualan atau konsumsi di pasar.

Shinta meyakini angka inflasi bisa naik sesuai target yang ditetapkan. Hal ini hanya dapat dihindari jika pemerintah bergerak cepat untuk menstabilkannya.

“Tidak menutup kemungkinan juga inflasi dalam beberapa bulan mendatang akan berada di luar sasaran inflasi nasional jika pemerintah gagal melakukan stabilisasi atau menciptakan penguatan nilai tukar dalam 1 bulan,” tegas Shinta.

Ia juga melihat adanya gangguan terhadap industri manufaktur di negara tersebut. Apalagi, banyak yang masih mendapatkan bahan baku dari impor.

“Terdepresiasinya nilai tukar rupiah tentunya akan berdampak negatif terhadap industri manufaktur nasional. Namun industri manufaktur nasional masih perlu melakukan impor bahan baku/bahan penolong dan barang modal,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *