Sun. Sep 22nd, 2024

Terbongkar, Penyebab Pungli Makin Marak di Kawasan Wisata

matthewgenovesesongstudies.com, Warga Jakarta berkumpul memanfaatkan libur panjang untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Namun banyak daerah yang menemukan pungutan liar (pungli).

Pengelola pariwisata, Chusmeru mengungkapkan alasan mahalnya biaya pariwisata di destinasi wisata tersebut. Kata dia, tidak boleh ada pungutan apapun selain pungutan resmi pengelolaan lokasi wisata.

“Tidak boleh ada pencurian di kawasan wisata, jika Pemkab dan pengelola kawasan wisata mengelola kawasan wisata dengan baik,” kata Chusmeru di matthewgenovesesongstudies.com, Jumat (10/5/2024).

Menurutnya, pencurian bisa terjadi jika sistemnya tidak dinikmati masyarakat secara maksimal. Alhasil, banyak lapisan masyarakat yang memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan dari warga yang datang ke kawasan wisata tersebut.

Penindasan tersebut disebabkan karena masih ada sebagian masyarakat di kawasan wisata yang tidak mendapatkan manfaat dari sektor pariwisata. Selain itu, pencurian juga membantu masyarakat ketika destinasi tersebut penuh dengan wisatawan, ujarnya.

Ia menyarankan agar pemerintah daerah dan pengelola tempat wisata melakukan pemeriksaan dan pengujian secara rutin. Tujuannya agar pencurian tidak terjadi. Ia juga meminta pihak pengelola meningkatkan layanan telepon sebagai pusat pengaduan wisatawan yang terkena dampak pencurian.

“Sangat baik memberikan pembinaan dan penertiban kepada pelaku penipu, karena dapat merusak citra baik destinasi tersebut,” ujarnya.

Chusmeru berkata: “Pengunjung yang dieksploitasi dapat memprotes, menulis surat kepada orang yang mengumpulkan pencurian, atau melaporkan pencurian tersebut kepada pihak yang berwenang.

 

Seperti diberitakan sebelumnya, pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) juga diperkirakan akan meraup untung pada masa libur panjang Kenaikan Yesus Kristus, akhir pekan ini. Hal ini juga berdampak pada peningkatan kunjungan ke lokasi wisata.

Pengamat Pariwisata Chusmeru memperkirakan perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata akan terdampak positif. Khususnya UMKM bidang kuliner dan kerajinan.

“Yang pasti roda perekonomian daerah ini akan bergerak, karena ada uang dari wisatawan. Dampak positif juga dirasakan oleh UMKM, khususnya yang mendukung sektor pariwisata seperti kerajinan tangan dan kerajinan tangan,” ujarnya. . Chusmeru di matthewgenovesesongstudies.com, Jumat (10/5/2024).

Dia menjelaskan, pada hari istirahat panjang, masyarakat cenderung menggunakan rest area. Selain itu, ia mengatakan kondisi perekonomian masyarakat sudah membaik.

“Cuaca hari ini juga mendukung perjalanan manusia, meski suhu terasa sangat panas,” ujarnya.

Chusmeru melihat setidaknya ada beberapa tempat yang menjadi destinasi wisata populer. Misalnya saja Bali dan kawasan Puncak, Bogor.

“Sampai saat ini, ada kecenderungan hanya dua tempat yang menjadi destinasi favorit liburan jangka panjang, yaitu Bali dan Puncak,” ujarnya.

Namun daerah lain juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata jangka panjang, seperti Bandung, Yogya, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, Lombok, dan Manado, lanjutnya.

 

Ia kemudian mengatakan, ada beberapa hal yang diperhatikan masyarakat saat bepergian. Diantaranya kemudahan akses, pilihan akomodasi, variasi kuliner di destinasi, serta berbagai atraksi wisata dan spot pemandangan.

“Yang penting bukan kenyamanan saat menikmati liburan panjang,” ujarnya.

Di sisi lain, ada juga hal yang bisa membuat masyarakat enggan mengunjungi lokasi wisata. Berbeda dengan poin pertama tentang berkendara, kemacetan di kawasan yang menyebarkan tol liar (cheat) akan membuat masyarakat enggan untuk melakukan perjalanan.

“Kalaupun destinasinya populer, tapi kalau tidak nyaman, wisatawan juga akan ragu untuk datang. Misalnya karena kemacetan, kondisi tidak aman, tingginya pencurian, hiburan makanan mahal atau penipuan di kawasan wisata,” tutupnya. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *