Mon. Oct 7th, 2024

20 Jenis Kopi Indonesia Akan Dipamerkan di Amsterdam Coffee Festival 2024, Apa Saja?

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia – Roemah Indonesia BV mewakili Indonesia akan memamerkan kopi Indonesia di Amsterdam Coffee Festival 2024. Dalam pameran tahunan yang berlangsung pada 4-6 April 2024 itu, mereka akan membuat sekitar 20 jenis kopi lokal.

“Sebagian besar Arabika masih banyak ditanam, namun ada dua atau tiga koperasi petani yang menawarkan Robusta, permintaan kopi ini sangat tinggi di Eropa,” Dindin Midiana, pendiri Romah Kopi BV, dalam konferensi pers dan wawancara. ” Peristiwa. Pertunjukan sebelum Amsterdam Coffee Festival 2024″, Rabu 20 Maret 2024, Batavia.

Didin menjelaskan perbedaan festival kopi ini dibandingkan festival kopi serupa di tempat lain. Menurutnya, Amsterdam Coffee Festival mengutamakan sisi bisnis, sedangkan festival lainnya fokus pada kompetisi.

Dalam rangkaian acara ini, para produsen kopi dari berbagai negara akan bertemu dengan banyak roaster dan restoran yang membutuhkan biji kopi langsung dari petani. Dengan membahayakan hasil panen petani kopi Indonesia, Dindin berharap mereka bisa sejahtera secara finansial.

Tahun ini, pameran tersebut mengusung tema “Inovasi dan Keberlanjutan dalam Produksi Kopi”. Topik ini menyoroti tantangan para produsen kopi lokal yang bekerja di bidang agroforestri, yang semakin menjadi tantangan akibat perubahan iklim dan penggundulan hutan.

Agroforestri sendiri berarti penanaman tanaman pangan dan tanaman liar secara berkelanjutan pada lahan yang sama. Roimah Indonesia BV, sistem tanam yang memperhatikan alam dan keberlanjutan sudah menjadi kebiasaan para petani lokal Indonesia, yang sudah disesuaikan dengan petani kopi lokal dalam bentuk adat istiadat atau budaya.

Iko Purnomovidi, pendiri Koperasi Petani Kacang Klasik, mengatakan pada acara yang sama bahwa alam Indonesia menyediakan segala unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kopi. “Ya,” kata petani, “ada empat alam.”

Eco mengatakan, keempat unsur alam inilah yang dimanfaatkan petani untuk menentukan kualitas kopi yang dihasilkannya bagus atau tidak. “Elemen pertama adalah air, sebagai manusia, jika mereka tidak membuat irigasi untuk hidup.”

Bahan selanjutnya adalah tanah subur dan bebas pestisida yang hanya mampu membunuh mikroba. Eco meyakini penggunaan pestisida kimia di lahan pertanian menimbulkan ketergantungan. Bahkan dengan pupuk yang tepat tanaman kopi dapat terserap dengan baik.

“Tanaman tidak bisa bergerak, kalau tidak diletakkan di suatu tempat tidak bisa makan, karena menyerap makanan,” ujarnya.

Kemudian unsur yang ketiga adalah cahaya matahari. Eco menjelaskan, tanaman kopi memerlukan sinar matahari dalam jumlah tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, angin juga bekerja dalam proses penyerbukan dan proses hidrologi. Angin membawa uap air yang membantu tanaman kopi tumbuh, ujarnya.

Presiden PMO Kopi Nusantara Diwi Sutoro melaporkan tantangan yang dihadapi industri kopi lokal saat ini. Meski Indonesia mempunyai wilayah kopi terluas kedua di dunia, namun produksinya konon hanya menempati urutan keempat dunia.

“Inilah sebabnya produktivitas kopi kita nomor 14 dunia.”

Untuk itu, pemerintah menggandeng beberapa kementerian dan lembaga terkait untuk meningkatkan produksi kopi di Indonesia. Menurut Dewi, budidaya kopi di Indonesia harus berkelanjutan secara lingkungan dan ekonomi.

“Sekarang sedang diupayakan konsolidasinya. Di BUMN sendiri, karena jenisnya banyak, masing-masing sudah membuat sistem yang membantu konsolidasi itu, misalnya dengan subur, pinjaman kepada petani melalui Pedagang Kredit Umum (KUR), dan masih banyak lagi yang lainnya,” ujarnya.

Tak hanya pada program pengadaannya, pemerintah juga berencana memberikan insentif tersebut kepada petani kopi. Ia juga menyatakan bahwa pemerintah berencana menghadirkan Festival Kopi Dunia ke Indonesia pada tahun depan.

“Rencananya kami akan membawa Indonesia ke dunia perkopian pada tahun depan,” ujarnya.

Disadur dari saluran gaya hidup matthewgenovesesongstudies.com, TasteAtlas merilis 50 merek kopi terpopuler di Asia. Dua minuman Indonesia masuk dalam daftar 10 besar data yang dirilis akhir tahun 2023. Baik kopi sulingan berada pada peringkat ke-6 dan kopi luwak pada peringkat ke-7.

Kopi tutuk, dengan citarasanya yang kental dan kaya, merupakan kopi terpopuler di Indonesia, tulis TasteAtlas. Minuman ini diproduksi dalam proses produksi singkat dengan mencampurkan air panas dan kopi halus atau sedang. Sedangkan kopi luwak disebut-sebut menjadi jenis kopi termahal di dunia karena proses pemanenannya yang khusus.

Kopi jenis ini dihasilkan dari biji kopi yang digiling dan diambil dari luwak, kemudian dicuci lalu digiling dan dipanggang. Kopi jenis ini dipercaya membuat rasa kopi jenis ini lebih lembut dan tidak terlalu pahit, karena melancarkan pencernaan dan mengurangi jumlah asam. Selain kopi campur dan kopi lua, ada juga kopi ginseng dan kopi joss yang menjadi ciri khas penjual Akringan di wilayah Yogyakarta sendiri.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *