Sat. Sep 7th, 2024

76 Tahun Peringatan Nakba, Dubes Palestina: Kami Ingin Perang Bodoh Ini Segera Berakhir

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Perang antara Israel dan Hamas yang pecah pada 7 Oktober 2023 bukanlah kali pertama menandai penderitaan rakyat Palestina.

Kesengsaraan telah mereka rasakan sejak tahun 1948, ketika lebih dari 750.000 orang terusir dari rumahnya setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya dari Mandat Inggris atas Palestina pada tanggal 14 Mei 1948. Keesokan harinya, terjadilah perang Arab-Israel yang menjadi titik awal perjuangan Palestina. penderitaan dimulai.

Peristiwa penggusuran tersebut dikenal dengan nama Nakba yang dalam bahasa Arab berarti “malapetaka”. Setiap tahunnya warga Palestina menandai hal ini dengan mendemonstrasikan dan menggunakan kunci tersebut sebagai simbol perjuangan mereka.

Tahun ini, peringatan Nakba semakin terasa duka, khususnya bagi warga Jalur Gaza. Penderitaan warga Jalur Gaza semakin bertambah sejak serangan brutal Israel pada Oktober tahun lalu.

Perjuangan mereka puluhan tahun lalu masih sama: menginginkan kebebasan dan kemerdekaan.

“Kami akan terus berjuang dan berjuang. Kami berjuang untuk mengakhiri pendudukan (Israel) dan kami memperjuangkan perang bodoh terhadap warga Palestina di mana pun mereka berada agar segera berakhir,” kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun dalam peringatan 76 tahun berdirinya Israel. Nakba tersebut. di Kedutaan Besar Palestina, Jakarta, pada Rabu (15 Mei 2024).

Masyarakat Palestina, kata Zuhair, masih menginginkan perdamaian dalam kehidupannya.

“Para pemimpin dan rakyat Palestina masih menunggu perdamaian nyata, berdasarkan hukum internasional. Bukan perdamaian versi Israel, itu tidak bisa diterima,” ujarnya.

Zuhair sendiri menggambarkan peringatan Nakba sebagai pengingat akan kesedihan dan ketidakadilan.

“Palestina telah berada di bawah pendudukan selama tujuh puluh enam tahun. Tidak ada yang bisa menerima hal itu, tidak ada yang mau orang lain mengambil rumahnya,” tegasnya.

Segala hal yang dialami rakyat Palestina selama ini tidak lepas dari campur tangan negara-negara Barat.

“Apa yang terjadi pada 1947-1948 adalah rekayasa Inggris, dengan dukungan Amerika Serikat (AS) dan negara lain,” kata Zuhair.

Setelah apa yang terjadi selama ini dan apa yang dialami oleh masyarakat Palestina, Zuhair menyayangkan dunia internasional yang terkesan bungkam. Meski 143 negara mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB, ia mengatakan AS selalu memegang kendali.

“Saya ingin mendengar alasan politisi Amerika menentang Palestina sebagai negara merdeka. Mengapa mereka tidak mempertimbangkan hukum internasional dan kemanusiaan yang mengizinkan Palestina merdeka?” Dia bertanya.

Posisi ini, kata Zuhair, semata-mata merupakan strategi politik Amerika di kawasan Timur Tengah.

Berdasarkan keterangan tertulis Kedutaan Besar Palestina yang diperoleh matthewgenovesesongstudies.com, sejak tragedi Nakba, Israel bertanggung jawab atas kematian lebih dari 100.000 warga Palestina dan penahanan sewenang-wenang terhadap lebih dari satu juta orang.

Korban terbanyak adalah warga biasa, bukan tentara. Diantaranya ada anak-anak dan perempuan. Lebih dari 70 persen Gaza hancur, jelas Zuhair.

Belakangan ini, Israel juga menyerang bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Gaza yang juga dikirimkan dari Indonesia.

“Tidak hanya bantuan kemanusiaan, mereka telah menghancurkan sekolah, rumah sakit, masjid, gereja, dan gedung. Ini kebijakan mereka untuk menghancurkan warga Palestina di mana pun,” imbuhnya.

Hingga saat ini, Indonesia masih pada posisi yang sama dalam mendukung Palestina dan memperjuangkan kemerdekaannya. Ini merupakan dukungan yang sangat berarti bagi Palestina.

Dukungan seperti ini, bukan sekadar bantuan dan sebagainya, sangat berarti bagi kami,” kata Zuhair.

“Semua yang dilakukan Presiden Joko Widodo dan diplomasi Menteri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia tidak akan pernah meninggalkan Palestina.”

Hal senada disampaikan Rizal Al Huda, Penasihat Kementerian Luar Negeri RI Bidang Timur Tengah yang turut hadir dalam peringatan Nakba ke-76 tersebut.

“Indonesia tidak akan mundur sedikit pun dari dukungan kita terhadap Palestina dan masyarakat serta pemerintah akan selalu berpihak pada Palestina,” kata Huda.

“Pemerintah Indonesia akan terus mendorong gencatan senjata permanen di Gaza dan menghilangkan segala hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan.”

Indonesia, tegas Rizal, akan tetap berkomitmen memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *