Sat. Jul 27th, 2024

Penerimaan Pajak Jakarta Sentuh Rp 273,85 Triliun, Simak Rinciannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – DKI Jakarta mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp389,58 triliun atau 24,64 persen dari target pendapatan. Realisasi pendapatannya turun 7,07 persen (YoY).

Sedangkan realisasi belanja mencapai Rp335,20 triliun atau 17,34 persen (YoY) hingga 16,35 persen dari kisaran. Hal itu disampaikan Kepala Kanwil Departemen Keuangan DKI Jakarta Mei Ling saat Forum Asset Liabilities Committee (ALCO) DKI Jakarta memaparkan pelaksanaan APBN Daerah DKI Jakarta, sebagaimana tercantum dalam keterangan resmi. Selasa (30/4/2024).

Sedangkan untuk pelaksanaan perpajakan hingga 31 Maret 2024, penerimaan pajak mencapai Rp273,85 triliun atau meningkat 13,81%. Realisasi penerimaan perpajakan hingga Maret 2024 ditopang oleh PPH nonmigas sebesar Rp150,70 triliun, turun 8,03 persen (YoY), didorong oleh kontribusi pendapatan PPh perusahaan/perusahaan yang signifikan.

“PPN sebesar Rp107,69 triliun, turun 20,29% (year-on-year) karena penurunan harga impor dan aktivitas perpajakan di bidang pengolahan dan perdagangan,” kata Mei Ling.

Selain itu, PPH migas sebesar Rp14,47 triliun turun 17,95% (year-on-year) karena moderatnya harga komoditas khususnya minyak dan gas bumi.

Mei Ling mengatakan PBB sebesar Rp 139,11 miliar meningkat 945,37 persen (year-on-year) karena mulai masuknya arus masuk pembayaran migas PBB yang cukup signifikan pada bulan ini.

Pajak lainnya sebesar Rp835,98 miliar turun 22,58% (year-on-year) karena penurunan pendapatan bunga dari pemungutan PPh dan PPN. Kinerja Bea dan Cukai per 31 Maret 2024 mencatat penerimaan Bea dan Cukai mencapai Rp4,65 T atau 16,82% dari target APBN 2024 dan disesuaikan menjadi 17,86%. Penerimaan pajak impor sebesar Rp4,44 triliun atau 16,50% dari target, turun 20,37% (year-on-year) karena penurunan aktivitas impor.

Penerimaan pajak tercatat sebesar Rp95,71 miliar atau 14,40% dari target, lebih tinggi 19,57% (tahunan) karena kenaikan tarif pajak di banyak BKC.

Mei Ling mengatakan: “Pendapatan bea keluar mencapai Rp 119,22 miliar atau 120,97% dari target, peningkatan yang kuat sebesar 975,69% (year-on-year) karena kenaikan harga komoditas, khususnya referensi CPO. Lebih tinggi dari rata-rata . Adalah.”

Realisasi penerimaan negara nonfiskal (PNBP) per 31 Maret 2024 mencapai Rp110,69 triliun dibandingkan target APBN 2024, meningkat 15,57 persen (year-on-year).

Mei Ling mengatakan, “Pencapaian ini terutama ditopang oleh pendapatan sumber daya alam (SDA) sebesar Rp25,97 triliun atau 27,21% dari target, menghadapi penurunan sebesar 40,70% (yoy) akibat penyesuaian biaya produksi. Keren.

Sedangkan bagi hasil BUMN sebesar Rp42,89 triliun atau 633,47% dari target, naik 833,47% (year-on-year) karena peningkatan pembayaran dividen dari bank dan bank non-BUMN. PNPB lainnya menyumbang Rp32,32 triliun atau 40,96% dari target, turun 8,79% (yoy) karena turunnya penawaran PHT (penjualan produk mineral), PNBP aset BMN, PNBP dan PNBP.

“Pendapatan BLU sebesar Rp9,50 triliun atau 17,34% dari target, turun 20,47% (yoy) karena harga minyak sawit yang moderat,” ujarnya.

Mei Ling mengatakan, situasi perekonomian di DKI Jakarta stabil dan baik. Meski pertumbuhan inflasi DKI Jakarta sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan lalu yaitu sebesar 2,18% (year-on-year), namun masih terkendali.

Hal ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen DKI Jakarta yang mengalami tren peningkatan. IKK Jakarta berada pada zona bullish (>100) di level 143.80 pada Maret 2024. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan IKK nasional yang tercatat sebesar 123,8.

Sedangkan pendapatan Kantor Wilayah (Kanul) Departemen Umum Pajak (DJP) Jakarta Utara per 31 Maret 2024 mencapai Rp12,4 triliun atau 21,45% dari Rp57,81 triliun.

Pendapatan yang dihasilkan Kanwil DJP Jakarta Utara sebesar Rp5,56 triliun berdasarkan kategori penerimaan dominan yang berasal dari PPh nonmigas, atau PPN sebesar Rp24,98 triliun dan 22,25% dari target PPnBM nonmigas. Rp6,83 triliun atau PPN dan PPnBM sebesar 20,84 triliun, Rp32,78 triliun, PBB dan BPHTB sebesar Rp2,31 miliar, atau 225,50 persen dari PBB dan BPHTB sebesar Rp1,02 triliun dan pajak. 40,61 miliar dari target pajak lainnya.

Berdasarkan sektor penerima dari Kanwil DJP Jakarta Utara, kontribusi dominan berasal dari sektor niaga sebesar 46,38%, sektor lain-lain sebesar 13,83%, sektor pengangkutan dan pergudangan sebesar 12,87%, sektor pengolahan sebesar 7,83%, dan sektor pengolahan sebesar 4,20%. sektor konstruksi. dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,08 persen.

Penerimaan perpajakan sebesar Rp 21,61 triliun (target 21,11%) pada Maret 2024, dimana DJP Jakarta Pusat mengalami peningkatan sebesar 3,35% (yoy). Laba bersih naik sedikit sebesar 3 persen karena pertumbuhan signifikan pada sektor-sektor utama yang difasilitasi oleh perlambatan dalam administrasi pemerintahan, jasa keuangan, informasi dan komunikasi, serta industri pertambangan dan pengolahan.

Selain itu, penerimaan pajak pertambahan nilai mengalami penurunan akibat lemahnya aktivitas industri dan komersial, namun hal ini dapat diimbangi dengan peningkatan penegakan pajak penghasilan, khususnya PPH 21. DJP Jakarta Barat

Farid Bachyar, Kepala Biro Wilayah Departemen Umum Pajak (DJP) Jakarta Barat (Kanul), mengatakan pendapatan bersih per 31 Maret 2024 mencapai Rp 15,09 triliun (23,27% dari target APBN 2024). dengan pertumbuhan sebesar 3,5% (tahunan).

Berdasarkan sebagian besar jenis pajak, golongan pajak utama mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, dengan beberapa golongan pajak besar menunjukkan pertumbuhan pencapaian yang positif, antara lain: PPh Pasal 21 sebesar 16,4% (Yoy), PPh Pasal 25/29 Pajak Badan 20% ( tahun) dan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor 15% (tahun).

Dari sisi bisnis, sebagian besar sektor usaha dominan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu, antara lain: perdagangan 4,4% (y/y), konstruksi dan real estat 25,5% (y/y) dan sektor lainnya 9,7% (y/y).

Berdasarkan subsektor, subsektor bisnis yang paling dominan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun lalu, termasuk perdagangan besar 2,4% (y/y), perdagangan eceran 3,8% (y/y) dan pegawai swasta 8,9% (y/y). Ketaatan

Sedangkan dari sisi kepatuhan per 31 Maret 2024, jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima di Jakarta Barat sebanyak 331.704 SPT, meningkat 2,61% dibandingkan tahun lalu.

Menghadapi tahun 2024, Farid Bachtiyar mengerahkan seluruh pegawai untuk bekerja efektif dengan menerapkan “segitiga nilai tambah”: pendapatan (revenue), informasi (information) dan pengetahuan (knowledge).

“Setiap pegawai Kantor DJP Jakarta Barat hendaknya fokus dalam mengumpulkan kuitansi, menambah data dan informasi serta menambah pengetahuan dalam pekerjaannya,” kata Farid.

Hingga Maret 2024, Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jakarta Selatan I mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 20,2 triliun.

Kanwil DJP Jakarta Selatan I berhasil meraih pertumbuhan positif sebesar 1,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dunia usaha, jasa, keuangan dan asuransi, serta jasa profesional dan ilmiah dan teknis menjadi tiga penyumbang utama pendapatan DJP wilayah Jakarta Selatan I pada Maret lalu.

Berdasarkan jenis penerimaan pajak, Kanwil DJP Jakarta Selatan I menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sangat baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu PPh Pasal 22 impor (31,55%); Pasal 26: Pajak Penghasilan (30,14%); dan pajak penghasilan nonmigas lainnya (374,33%).

Kantor Departemen Umum Pajak Daerah Administratif Khusus Jakarta sendiri mencatat penerimaan pajak neto sebesar Rp81,29 triliun (29,09%) dari target penerimaan pajak tahun 2024 sebesar Rp279,46 triliun per 30 April 2024. Capaian tersebut berdasarkan kategori perpajakan antara lain PPH nonmigas sebesar Rp33,64 triliun, PPH migas sebesar Rp21,30 triliun, PPN sebesar 26 triliun, PBB sebesar Rp135,76 miliar, dan pajak lainnya sebesar Rp189,53 miliar

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *