matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Permintaan mobil listrik di China anjlok, akibatnya perusahaan Amerika, Tesla, mengurangi produksi pabrik utamanya di Shanghai. Demikian laporan Arena EV yang ditulis Senin (25/4/2024).
Menurut laporan tersebut, para pekerja di pabrik Tesla di Shanghai saat ini memiliki jam kerja lima jam per minggu. Jumlah ini berkurang dari enam hari pada minggu sebelumnya yang diminta.
Selain itu, beberapa lini produksi, termasuk pelatihan baterai, masih mengalami penundaan yang lama, kata salah satu pakar Tesla.
Di sisi lain, Tesla juga mengindikasikan pengurangan produksi ini akan terus berlanjut setidaknya hingga April 2024.
Keputusan untuk mengurangi biaya produksi Tesla disebabkan oleh meluasnya kemerosotan ekonomi di industri mobil listrik China.
Meski sektor kendaraan energi baru atau NEV di Tiongkok masih tumbuh dengan baik, namun pergerakannya tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, Tesla kini juga menghadapi banyak pesaing lokal, seperti BYD, Nio, dan Xpeng yang mencari pertumbuhan penjualan.
Pabrik Tesla di Shanghai sendiri merupakan pusat produksi dan ekspor penting bagi perusahaan Paman Sam di Tanah Air dengan kapasitas tahunan lebih dari 950 ribu mobil.
Perusahaan mobil listrik Tesla sedang melakukan pembicaraan dengan pemerintah Thailand mengenai rencana pembangunan pabrik di negara tersebut. Padahal, merek mobil listrik asal Amerika ini melakukan riset pada akhir tahun lalu.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Kantor Perdana Menteri Thailand Supakorn Congsomjit seperti dikutip dari berita Reuters, Senin (4/3/2024).
Pemerintah Thailand sendiri telah memberikan Tesla 100 persen energi ramah lingkungan untuk menjalankan fasilitas yang dapat memproduksi mobil listrik atau baterai.
Pembicaraan Tesla dengan pemerintah Thailand merupakan kelanjutan dari rencana investasi Paman Sam yang disampaikan Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, pada Desember 2023.