Fri. Sep 20th, 2024

Trivia Saham: Cicil Saham dengan Metode Dollar Cost Averaging

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Investasi langsung dalam jumlah besar seringkali dianggap sulit. Apalagi investasi harus menggunakan dana dingin. Namun kenyataannya, tidak semua orang memiliki dana dingin yang cukup dalam jumlah banyak.

Namun kondisi tersebut tidak menghalangi seseorang untuk berinvestasi di pasar modal. Salah satu metode yang perlu dipertimbangkan adalah pembagian angsuran dengan menggunakan metode dollar cost averaging (DCA).

DCA adalah metode sederhana yang dapat digunakan investor untuk membangun tabungan dan kekayaan jangka panjang. Ini juga merupakan cara bagi investor untuk menghadapi volatilitas jangka pendek di pasar yang lebih luas.

Dengan metode ini, investor dapat berinvestasi dalam jumlah yang sama setiap periode tertentu, misalnya setiap bulan atau setiap minggu. Misalnya seseorang mempunyai modal investasi sebesar Rp 1 juta.

Ketika harga saham yang ingin dibeli adalah Rp 1000 per saham, maka orang tersebut dapat membeli 10 tiket lotre. Bulan berikutnya, saat harga saham naik menjadi Rp 1.250, orang tersebut bisa membeli 80 lot saham dengan modal yang sama.

Melansir Investopedia, ditulis Senin (18/3/2024), beberapa manfaat dollar costing adalah cara ini bisa mengurangi rata-rata jumlah yang Anda keluarkan untuk investasi.

Cara ini juga memperkuat praktik berinvestasi secara rutin atau konsisten untuk membangun kekayaan seiring berjalannya waktu. DCA secara otomatis menghilangkan kekhawatiran Anda tentang kapan harus berinvestasi dan menghilangkan hambatan waktu pasar seperti membeli hanya ketika harga naik. Cara ini juga dapat memastikan bahwa Anda berada di pasar dan siap membeli ketika terjadi peristiwa kenaikan harga.

 

 

 

Yang tak kalah pentingnya, berinvestasi saham dengan metode ini menghilangkan emosi dalam investasi Anda dan mencegah potensi kerusakan pada pendapatan portofolio Anda. Namun, perlu dicatat bahwa metode ini bekerja dengan baik untuk berinvestasi pada periode ketika harga berfluktuasi naik dan turun.

Jika harga terus naik, mereka yang menggunakan DCA akan membeli lebih sedikit saham. Jika harga terus turun, mereka mungkin akan terus membeli padahal seharusnya tidak. Oleh karena itu, strategi ini tidak dapat melindungi investor terhadap risiko jatuhnya harga pasar. Seperti kebanyakan investor jangka panjang, strategi ini mengasumsikan bahwa meskipun harga suatu saat bisa turun, namun pada akhirnya akan naik.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam berinvestasi di pasar modal, para pelaku pasar dan investor terkadang menjumpai pergerakan saham-saham yang harganya naik secara tiba-tiba atau signifikan dalam waktu singkat. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh gelembung harga atau price bubble.

Dikutip dari Instagram @indonesiastockexchange Ditulis pada Sabtu (27/1-2024) jika Anda pernah melihat suatu saham yang harganya naik gila-gilaan dalam waktu singkat namun tidak didukung oleh informasi penting yang dapat berdampak baik pada laporan keuangan. perusahaan, ini dianggap sebagai sinyal, Anda harus berhati-hati. Sebab, gelembung harga kemungkinan besar akan terbentuk. Jadi apa itu hadiah balon?

Gelembung harga adalah fenomena di mana harga suatu aset, termasuk saham, real estat, atau komoditas, mengalami kenaikan yang tidak wajar. Hal ini juga terjadi akibat spekulasi berlebihan dari pihak investor. Selain itu, harga aset tersebut jauh melebihi nilai fundamentalnya.

   

Dikutip dari Investopedia: Karena permintaan spekulatif, bukan nilai intrinsik, yang mendorong kenaikan harga, bubble pada akhirnya akan pecah dan aksi jual besar-besaran akan menyebabkan harga turun, seringkali cukup drastis.

Kerugian akibat pecahnya gelembung bergantung pada sektor ekonomi yang terkena dampaknya dan juga pada tingkat partisipasi yang tersebar luas dan bersifat lokal. Misalnya, pecahnya gelembung saham dan real estate Jepang pada tahun 1989-1992 menyebabkan perekonomian Jepang mengalami stagnasi dalam waktu yang lama sehingga tahun 1990-an dijuluki sebagai Dekade yang Hilang.

Di Amerika Serikat, gelembung Internet pecah pada tahun 2000 dan gelembung perumahan pada tahun 2008, menyebabkan resesi yang parah.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *