Sat. May 18th, 2024

Waspada Ancaman Siber di Tengah Meningkatnya Transaksi Online Jelang Lebaran

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Konsumen Indonesia diketahui banyak berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan tahun ini.

Data survei YouGov menunjukkan setidaknya 70 persen responden berencana membeli produk fesyen, perawatan pribadi, dan kecantikan melalui berbagai platform e-commerce.

Saat liburan, seperti menjelang Idul Fitri, aktivitas belanja online diketahui meningkat, sehingga bisa menjadi saat yang tepat bagi penjahat dunia maya untuk mengeksploitasi kerentanan tersebut.

Di sisi lain, selama periode ini, jumlah staf TI dan tim keamanan berkurang, sehingga mengurangi waktu respons terhadap ancaman. Oleh karena itu, menurut Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lee, pengecer online harus aktif.

“Oleh karena itu, dengan potensi kejahatan siber selama Ramadhan dan Idul Fitri, pengecer online perlu mengambil keputusan tegas terkait keamanan siber karena mereka lebih sering menjadi sasaran dibandingkan bisnis lain,” ujarnya dalam pernyataan yang dikeluarkan pemerintah pada Minggu (7/4). /2024).

Pasalnya, mengabaikan risiko ancaman siber menimbulkan berbagai kerentanan yang membahayakan karyawan. Beberapa di antaranya adalah pencurian identitas dan pencurian informasi pembayaran.

Selain itu, banyaknya bisnis e-commerce di Indonesia berkontribusi terhadap kerentanan bisnis terhadap kejahatan dunia maya.

Akibatnya, mengatasi ancaman siber ini dapat menyebabkan gangguan pada pengalaman belanja online, seperti gangguan situs dan jadwal.

Untuk mengantisipasi semakin rentannya terhadap berbagai serangan siber, kata Edwin, perlu adanya langkah-langkah khusus. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan, seperti pendekatan keamanan siber yang komprehensif dan merata, termasuk teknologi, proses, dan manusia.

“Mereka perlu mengintegrasikan sistem intelijen ancaman dengan prinsip-prinsip keamanan yang lebih luas untuk mendapatkan visibilitas yang lebih baik dan menyesuaikan praktik mereka untuk mengatasi ancaman dan mencegah insiden di masa depan,” kata Edwin.

Menurut survei SecOps Fortinet yang dilakukan di Indonesia, kurangnya pelatihan, kurangnya pengawasan terhadap karyawan, dan kurangnya komunikasi adalah bagian dari meningkatnya serangan siber.

Hal ini menyoroti aktivitas manusia dalam keamanan siber, yang harus ditangani dengan memiliki rencana komprehensif jika terjadi pelanggaran, keamanan data penting, dan rencana pendidikan untuk mengurangi risiko bagi karyawan dan pelanggan.

Mengaktifkan layanan keamanan melalui platform yang komprehensif juga dapat menyederhanakan manajemen dan meningkatkan keamanan, terutama untuk bisnis global. Selain itu, penerapan ukuran keandalan nol, termasuk analisis multifaktor, sangatlah penting.

Terakhir, Edwin juga menjelaskan mengenai isu intelijen yang dapat berperan dalam meningkatkan keamanan siber. Ia menjelaskan, AI dapat berperan penting dalam meningkatkan keamanan siber pada platform e-commerce.

Alasannya adalah AI dapat meningkatkan otomatisasi, menghilangkan kompleksitas dari input, dan memastikan bahwa semua alat keamanan bekerja secara terkoordinasi. AI juga memungkinkan pengumpulan dan analisis data secara real-time.

“Kami telah melihat manfaat penggunaan AI bagi pelanggan, secara signifikan mengurangi waktu deteksi ancaman dari lebih dari 20 hari menjadi kurang dari satu jam, mengurangi waktu analisis dan remediasi dari lebih dari 18 jam menjadi 15 menit atau kurang.” ucapnya sambil menutup postingan tersebut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *