Sat. Jul 27th, 2024

Apa Itu Deja Vu? Begini Menurut Sains

By admin Jun10,2024 #De Javu #Deja Vu #Dejavu

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Déjà vu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang Anda alami saat ini atau situasi yang pernah terjadi sebelumnya. Kata deja vu berasal dari bahasa Perancis yang berarti “pernah dilihat”.

Dikutip dari Friday Science Page (17/5/2024), Konsep Déjà vu pertama kali muncul pada tahun 400 M dari seorang filsuf kuno bernama St. Augustine yang mendefinisikannya sebagai “ingatan palsu”. Namun istilah déjà vu baru diciptakan pada tahun 1876 oleh seorang filsuf dan ilmuwan Perancis bernama Emile Boyrac.

Pengertian déjà vu menggambarkan suatu masalah pada persepsi atau ingatan seseorang, sehingga merasa pernah melakukan atau mengalami sesuatu yang familiar sebelumnya. Beberapa penelitian mengatakan bahwa ketika Déjà vu terjadi, yang sebenarnya terjadi adalah memunculkan kenangan bawah sadar yang sangat mirip dengan peristiwa yang tidak pernah Anda bayangkan lagi tanpa Anda sadari.

Begitu orang mengalami suatu peristiwa yang mirip atau persis sama dengan yang mereka bayangkan, mereka akan merasa bahwa peristiwa tersebut pernah terjadi sebelumnya. Padahal hal ini memang pernah dialami sebelumnya.

Déjà vu dalam pandangan sains

Melansir laman Healthline, Jumat (17/5/2024), ahli saraf menyebut déjà vu adalah ilusi ingatan. Namun, kondisi ini bukan merupakan tanda bahwa otak Anda sedang tidak sehat.

Sebaliknya, déjà vu terjadi ketika lobus frontal otak berusaha mengoreksi ingatan yang benar. Sayangnya, belum ada teori yang disepakati para ahli untuk menjelaskan apa yang terjadi di otak saat déjà vu.

Ada banyak teori tentang proses Déjà vu menurut ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah teori slippage persepsi, dimana melihat sesuatu pada dua waktu berbeda menyebabkan Déjà vu.

Misalnya, dalam kasus pertama, orang lain hanya melihat situasinya sekilas. Otak kemudian mulai membentuk ingatan, meski hanya beberapa saat.

Kemudian, yang lain melihat kembali situasinya tetapi memberikan perhatian penuh. Otak akan mengingat kembali kenangan yang tersimpan sebelumnya hingga merasakan bahwa situasi tersebut pernah dialami sebelumnya.

Teori lain adalah kejang lobus temporal. Teori ini lebih ditujukan pada orang yang pernah mengalami trauma, infeksi, stroke, atau tumor di otak, serta orang yang pernah mengalami epilepsi sebelum mengalami kejang.

Teori kerusakan sirkuit otak berpendapat bahwa déjà vu disebabkan oleh gangguan antara memori jangka panjang dan memori jangka pendek di otak. Saat otak mencerna lingkungannya, informasi yang diterimanya ditransfer ke memori jangka panjang.

 

 

Dikutip dari laman Science Alert, Jumat (17/5/2024), para ilmuwan dari Leeds Memory Group mengaku berhasil menciptakan sensasi serupa déjà vu di laboratorium. Mereka menggunakan hipnosis pada tahun 2006 untuk memicu sebagian proses pengenalan otak.

Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa ada dua proses utama yang terjadi di otak ketika kita mengenali sesuatu atau orang yang kita kenal. Pertama, otak mencari ingatan kita untuk melihat kapan kita mengalami peristiwa tersebut.

Kemudian jika ia menemukan kecocokan, area otak yang terpisah mengenalinya sebagai sesuatu yang familier. Dalam deja vu, bagian kedua dari proses ini dapat dipicu secara tidak sengaja.

Untuk mengetahuinya, peneliti merekrut 18 peserta untuk melihat 24 kata umum. Kemudian, mereka dihipnotis dengan mengira bahwa kata dalam bingkai merah itu familiar, dan kata dalam bingkai hijau itu tidak ada dalam daftar aslinya.

Setelah keluar dari hipnotis, peserta diberikan serangkaian kata dalam bingkai berwarna berbeda, yang tidak ada dalam daftar aslinya. Dari seluruh peserta, 10 orang melaporkan sensasi aneh saat melihat kata baru dalam bingkai merah.

Lima di antaranya mengaku merasa seperti deja vu.

(tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *