Sat. Jul 27th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Heja Bigitha, dokter spesialis paru dan pernafasan RS EMC Alam Sutera Jakarta, mengatakan asma tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab asma yang tidak terkontrol dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

“Jika asma tidak ditangani dengan baik, kualitas hidup pasti akan menurun. Misalnya, seorang anak seharusnya berangkat sekolah tetapi diserang pada malam hari. “Saya seharusnya ikut ujian kemarin, tapi malah diserang,” kata Heja dalam Senin Sehat bersama matthewgenovesesongstudies.com, Senin (27/5/2024).

Heja mengatakan asma tidak bisa disembuhkan, meski bisa dikendalikan dengan pengobatan yang tepat. 

“Asma bisa dikendalikan, meski tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan, sehingga pengobatannya harus komprehensif,” ujarnya.

Menurut Heja, Harman, dokter spesialis paru dan pernafasan di RS EMC Sentul, mengatakan asma yang tidak diobati dapat mempersempit saluran pernafasan.

“Asma yang kami sebutkan tadi pada dasarnya adalah proses peradangan kronis pada saluran pernafasan. “Pada proses peradangan, dinding saluran napas menebal, kemudian produksi sekret berlebih dan saluran napas menyempit,” jelas Hermann di acara yang sama.

Ketiga hal tersebut mengganggu proses pertukaran darah di saluran napas sehingga menimbulkan gejala sesak napas.

Selain itu, Harman menjelaskan ciri-ciri penderita asma yang gejalanya berat.

“Sebenarnya gejala asma hampir sama, mulai dari mengi, sesak napas, batuk, dan gangguan gerak. Bedanya, pada asma berat, gejalanya akan lebih sering muncul.

Misalnya serangan sesak nafas terjadi lebih dari dua kali seminggu, kemudian sering terbangun di malam hari karena sesak nafas, perlu menggunakan obat pereda lebih dari dua kali seminggu, dan aktivitas menjadi sangat terbatas, jelas Harman. .

Gejala yang disebutkan Harman merupakan gejala asma yang tidak terkontrol. Asma disebut parah bila obat dosis tinggi tidak mempan.

Dalam acara yang sama, Dokter Anak Ezekiel Nathanel dari RS Griha Kedwa juga berbicara mengenai terapi asma.

Menurutnya, terapi asma terbagi menjadi dua bagian, terdiri dari terapi obat yang disebut obat pereda. Ada juga terapi obat terkontrol.

“Jadi kami berikan dua tergantung berat ringannya asmanya. Jika bayi mulai batuk, segera gunakan. “Apakah itu dalam bentuk inhaler atau nebulisasi, itu tergantung pada apa yang bisa digunakan oleh anak.”

Dokter yang biasa disapa Kiel ini menjelaskan, ada yang asma sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya dan ada pula yang memerlukan bantuan obat.

“Kita tidak bisa memprediksi serangan mana yang akan hilang dengan sendirinya, atau serangan mana yang akan hilang dengan pengobatan. Jika seorang anak kambuh dan dia tidak mendapatkan obat apa pun, saran Keel, dia perlu dibawa ke ruang gawat darurat. . Serangan panik akan bertambah buruk.

Inti dari pengobatan asma sebenarnya adalah faktor pemicunya, kata Heja. Oleh karena itu, pasien biasanya mengetahui apa yang menyebabkan masalah pernapasannya. Misalnya jika terkena debu, kedinginan, stres dan olahraga berat.

“Intinya pengobatan asma adalah menghindari faktor pemicunya. Jadi harus tahu (faktor pemicunya),” kata Heja.

Sedangkan pengobatan asma biasanya bergantung pada tingkat keparahannya. Setiap dokter akan melihat tingkat asma untuk mengetahui apakah pasien hanya memerlukan obat pereda atau obat kontrol rutin.

“Jika pasien dianggap perlu menggunakan obat pengontrol atau obat kontrol, maka pasien harus menggunakan obat tersebut untuk mencapai pengendalian asma yang baik,” simpul mereka.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *